PENGERTIAN FILSAFAT
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ilmu merupakan petunjuk bagi manusia untuk mengelolah untuk
menguasai jagad raya ini. Persoalan apa
sebenarnya ilmu pengetahuan (ontologi) telah menjadi perdebatan antara kaum
materialis dan kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenal ilmu pengetahuan
yang bersifat empiris. Sedangkan menurut kaum idealis, termasuk islam, ilmu pengetahuan
bukan hanya diperoleh dengan perantara akal dan indera yang bersifat empiris saja,
tetapi ada pengetahuan yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan yang
berasal dari Allah sebagai Khaliq (pencipta) pengetahuan tersebut.
Al-Qur’an di samping mengandung petunjuk-petunjuk dan
tuntunan-tuntunan yang bersifat ubudiyah dan akhlaqiyah (moral), juga
mengandung petunjuk-petunjuk yang dapat dipedomani manusia untuk mengolah dan
menyelidiki alam semesta. Intuisi disebut juga makrifah yaitu pengetahuan yang
datang dari Tuhan melalui pencerahan dan
penyinaran. Istilah ini sering disebut iluminasi. Dalam islam makrifah diperoleh
lewat perenungan dan penyinaran dari tuhan. Dalam teks-teks Islam Qur'an dan Sunnah- dijelaskan tentang sumber dan alat
pengetahuan: yaitu Indra, akal dan Hati. Sasaran pendidikan adalah manusia
sehingga dengan sendirinya pengembangan dimensi hakikat manusia menjadi tugas
pendidikan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang
akan kami bahas adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian
filsafat?
2. Apa hakikat ilmu
pengetahuan ?
3. Bagaimana hubungan
filsafat dengan ilmu pengetahuan ?
4. Apa saja perintah
dalam Al-qur’an mengenai ilmu pengetahuan ?
5. Bagaimana cara
memperoleh pengetahuan ?
6. Apa saja sumber dan
fungsi dari pengetahuan ?
7. Bagaimana
implikasi ilmu pengetahuan terhadap pendidikan ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembahasan ini adalah untuk mengetahui :
1. Pengertian
filsafat.
2. Hakikat ilmu
pengetahuan.
3. Hubungan antara
filsafat dengan ilmu pengetahuan.
4. Perintah Al-Qur’an untuk mencari, menemukan, dan mempelajari ilmu pengetahuan.
5. Cara memperoleh
pengetahuan.
6. Sumber dan fungsi
pengetahuan.
7. Implikasi ilmu
pengetahuan terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat
Filsafat dalam Bahasa Arab adalah falsafah, dan dalam Bahasa Inggris adalah philosophy yang berasal dari Bahasa Yunani. Kata ini terdiri dari kata “philein” yang artinya cinta (love), dan “Sophia” yang artinya kebijaksanaan (wisdom). Secara etimologis filsafat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan (love of wisdom) yang berarti seorang filosof “philosopher” adalah pecinta, pendamba, dan pencari kebijaksanaan.
Menurut W.J.S Poerwadarminta, filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai asas-asas sebab hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalamm alam semesta ataupun mengenai kebenaran dan arti adanya sesuatu. Secara terminologis filafat berarti pemikiran seseorang untuk berfikir kritis dalam memperoleh kebenaran dan kebijaksanaan mengenanai suatu hal.
2.2 Hakikat Ilmu Pengetahuan
Kata ‘Ilm berasal dari Bahasa Arab yang berarti Pengetahuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ilmu diartikan sebagai pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode-metode tertentu yang dapat digunkan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang pengetahuan tersebut. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas akan sesuatu. Dalam istilah inggris ilmu diartikan science yang mempunyai arti “the study of the structure and behavior of physical and natural world and society, aspecially trough observation and experiment” (Studi struktur dan perilaku dari dunia fisik dan alam, dan masyarakat terutama melalui pengamatan dan percobaan).
Menurut Quraish Shihab, kata ilmu dalam berbagai kata bentuk terdapat 854 kali dalam al-Qur’an. Kata ini digunakan dalam proses pencapaian tujuan. Ilmu dari segi Bahasa berarti kejelasan. Jadi ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang jelas tentang sesuatu. Pengetahuan yang tidak jelas dari segi ontology, epistimologi, maupun aksiologi di dalam Islam tidak diangap sebagai ilmu walaupun orang menyebutnya ilmu juga.
Persoalan hakikat ilmu pengetahuan atau apa sebenarnya pengetahuan (ontology) telah menjadi perdebatan antara kaum materialis dan kaum idealis. Kaum materialis hanya mengenal pengetahuan yang bersifat empiris, dengan pengertian bahwa pengetahuan hanya diperoleh dengan menggunakan akal atau indera yang bersifat empiris dan terdapat di alam materi yang ada di dunia ini. Sedangkan menurut kaum idealis, ternasuk Islam, ilmu pengetahuan bukan hanya diperoleh dengan perantaraan akal dan indera yang bersifat empipris saja, tetapi juga ada pengetahuan yang bersifat immateri, yaitu ilmu pengetahuan yang berasal dari Allah sebagi Khaliq (Pencipta) pengetahuan tersebut.
Dalam Islam yang Maha Tahu adalah Allah, sebagai firman-Nya, “Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui”. Manusia hanya mencari dan menemukan pengetahuan. Allah Maha Mengetahui melalui ayat-ayat Qur’aniyah dan ayat Kauniah, manusia memberikan interprestasi terhadap ayat Qur’aniyah dan melakukan penelitian terhadap ayat Kauniah, maka lahirlah pengetahuan Islam.
2.3 Hubungan Antara Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Cabang filsafat yang membahas pengetahuan disebut epistemologi. Istilah lain dalam kepustakaan filsafat dari epistemologi adalah filsafat pengetahuan, gnosiologi, kritika pengetahuan, logika material, teori pengetahuan, dan kriteriologi. Epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode, validity pengetahuan.
Filsafat mempunyai batasan yang lebih luas dan menyeluruh dibandingkan ilmu, berarti apa yang sudah tidak bisa dijawab oleh ilmu dapat diupayakan jawabannya melalui filsafat. Ilmu itu sendiri dapat dipertanyakan atau dijadikan sebagai objek filsafat. Filsafat dan ilmu mempunyai kesamaan dalam menghadapai objek kajiannya yakni dengan berfikir reflektif dan sistematis meski dengan titik tekan yang berbeda. Filsafat merupakan induk dari segala macam pengetahuan.
Dalam ilmu pengetahuan filsafat memiliki kedudukan sentral, asal, atau pokok. Secara umum, filsafat ilmu pengetahuan adalah sebuah upaya untuk memahami suatu makna, metode, struktur logis, dari ilmu pengetahuan termasuk di dalamnya kriteria-kriteria hukum, dan teori dalam ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berisikan tentang penjabaran data, generalisasi data, hukum, teori, serta argumentasi. Sedangkan filsafat ilmu pengetahuan berisi analisis tentang ilmu pengetahuan berupa konsep-konsep yang digunakan serta analisis atas pendasaran rasional dari ilmu pengetahuan.
2.4 Perintah Al-Qur’an Untuk Mencari, Menemukan dan Mempelajari Ilmu Pengetahuan
1. Al-Qur’an Menyuruh Manusia Menggunakan Akal
Ratio (akal) adalah merupakan salah satu perangkat anugerah (hidayah) yang diberikan Tuhan kepada manusia. Menurut Syeikh Muhammad Abduh, anugerah yang dberikan Allah pada manusia meliputi akal dan qalb (hati).
Firman Allah SWT :
Artinya : “Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itumereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta., tetapi yang buta, ialah yang ada di dalam dada”. (QS. 22:46)
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan slih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”. (QS. 3:190)
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman sesudah al-Quran itu?”. (QS. 7:185)
2. Al-Qur’an Menyuruh Manusia Untuk Meneliti Alam Semesta
semesta (universum, kosmos, ul-kaun) merupakan realitas yang dialami manusia, yang sampai kini baru sebagian kecil yang dapat diketahui dan diungkap oleh manusia. Bagian terbesar masih merypakan suatu misteri, yang tidak dikenal oleh manusia betapapun kemajuan yang telah mereka capai dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Al-Qur’an menyuruh manusia meneliti alamsemsta ini adalah agar manusia mengetahui tanda-tanda kekuasaan Allah dan rahasia-rahasia yang terkandung didalamnya demi kepentingan manusia sendiri. Sebab tanpa meneliti dan mengkaji alam itu manusia tidak akan memperoleh kemajuan dalam hidupnya. Kebutuhan manusia semakin lama tentunya semakin bertambah banyak. Apalagi manusia semakin berkembang biak memadati bumi sehingga harus berjuang untuk menghadapi masalah yang dikaitkan dengan pertumbuhannya. Dampaknya yaitu berkurangnya sumebr kehidupan alam yang sudah diketahui manusia. Oleh karena itu, manusia harus dapat menemukan sumber-sumber baru untukmenunjang kelangsungan hidup mereka kedepannya.
Menurut Zakiah Darajat, diantara faktor lain yang mendorong manusia untuk senantiasa aktif meneliti alam ini adalah karena terdapat semacam rasa ingin tahu dalam diri manusia yang memerlukan perwujudan dalam bentuk Tanya dan fikir. Rasa ingin tahu sebagai tabiat manusia itu mendorong mereka untuk mempertanyakan berbagai macam realitas yang dihadapinya kemudian berusaha mencari jawabannya sendiri.
Dengan pikiran manusia yang tidak pernah berhenti meneliti alam semesta, maka manusia akanberhasil meruah wajah dunia dan struktur kehidupan diatasnya. Dunia tidak akan berkembang seperti saat ini jika manusia tidak mengaktifkan rationya.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka al-Qur’an banyak menganjurkan kepada manusia untuk meneliti alam semsta, mengkaji realitas yang ada didalamnya agar manusia dapat menyingkap tabir-tabir rahasia kehidupan yang dapat mengangkat derajat dan mutu kemanusiaan sebagai makhluk Tuhan yang diberikan wewenang penuh untuk mengelola dunia ini.
Diantara ayat-ayat ynag menyuruh untuk meneliti alam semesta ini, yaitu : Artinya : Katakanlah: ”perhatikanlah pa yang ada dilangit dan dibumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman”. (QS. 10:101)
Artinya : “Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukan malam kedalam siang dan memasukan siang kedalam malam dan Dia tundukan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. 31:29)
Artinya : “ dan Dia menundukan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya)”. (QS. 16:12)
2.5 Cara Memperoleh Pengetahuan
Dalam filsafat ilmu cara mendapatkan ilmu dinnamakan epistimologi. Dalam epistimologi Islam, pengetahuan diperoleh melalui 2 cara :
1. Melalui usaha manusia
Pengetahuan yang diperoleh dari usaha manusia dibagi menjadi 4 jenis :
a. Pengetahuan empiris yang diperoleh melalui indera,
b. Pengetahuan sains yang diperoleh melalui indera dan akal,
c. Pengetahuan filsafat yang diperoleh melalui indera dan akal,
d. Pengetahuan intuisi yang diperoleh melalui qalb (hati).
2. Pemberian Allah SWT
Pengetahuan yang diberikan oleh Allah dibagi menjadi 3 jenis :
a. Wahyu yang disampaikan kepada para Rasul,
b. Ilham yang diterima oleh akal manusia,
c. Hidayah yang diterima oleh qalb (hati) manusia.
Melalui dua cara tersebut,berkembanglah ilmu keislaman dari masa ke masa. Al-Qur’an sebagai kumpulan wahyu Allah merupakan sumber pengetahuan Islam yang dapat digali sepanjang masa, ditambah dengan hadits-hadits Rasulullah SAW, yang didalamnya terdapat prinsip-prinsip dasar berbagai cabang ilmu pengetahuan.
Disamping pengetahuan yang diperoleh dengan mempergunakan penglihatan, pendengaran, dan akal, ada pula pengetahuan yang dapa diperoleh melalui hidayah Allah SWT. Menurut Quraish Shihab, firasat, intuisi, dan semacamnya dapat diraih dengan penyucian hati (tazkiyatun nafz) karena hidayah Allah tidak akan sampai kepada manusia jika kesucian hatinya belum tercapai.
2.6 Sumber dan Fungsi Pengetahuan
Sumber utama dari ilmu pengetahuan dalam Islam adalah al-Qur’an. Al-Qur’an adalah kebenaran yang langsug disampaikan Tuhan kepada salah seorang hamba-Nya, yang dipilih-Nya, yang disebut Rasul atau Nabi. Al-Quran disamping mengandung petunjuk-petunjuk dan tuntunan yang bersifat ubudiyah dan akhlaqiyah (moral), juga mengandung petunjuk-petunjuk untuk dijadikan pedoman dalam menghadapi kehidupan. Artinya : “dan tiadalah binatang-binatang yang ada dibumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah meraka dihimpunkan. (QS.6:38)
Ayat diatas menjelaskan bahwa di dalam al-Qur’an terdapat prinsip dasar tentang berbagai aspek kehidupan keduniaawian maupuun kehidupan keakhiratan. Oleh karena itu, manusia berkewajiban untuk mencari dan menggali prinsip dasar dari al-Qur’an dengan menggunakan kemampuan ijtihad dan daya analisa yang terdapat dalam diri manusia. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah yang terakhir di dunia yang merupakan sumber yang tiada habisnya untuk pengembangan berbagai bidang kehidupan manusia. Antara alam dan al-Qur’an tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena keduanya saling menafsirkan dan saling memberi petunjuk kepada manusia jalan mana yang harus ditempuh untuk mencapai kesejahteraan duniawi dan kesejahteraan ukhrawi.
Adapun fungsi ilmu pengetahuan secara umum adalah :
1. Untuk berubudiyah kepada Allah,
2. Untuk dapat membedakan yang hak dan yang bathil,
3. Sebagai modal untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia maupun
di akhirat.
Rasulullah SAW bersabda : “siapa yang bermaksud untuk urusan dunia maka harus dengan ilmu, siapa yang bermaksud untuk keduanya harus dengan ilmu”. (HR. Muslim)
2.7 Implikasinya Terhadap Pendidikan
Dalam Islam ilmu pengetahuan tersebut hendaklah di dasari dengan iman dan taqwa karena seandainya dalam mencari ilmu pengetahuan tersebut tanpa didasari dengan keimanan dan ketaqwaan, maka ilmu yang kita dapat tidak akan menghasilkan ilmu pengetahuan yang memberikan kemaslahatan umat manusia dan alam semesta, bahkan akan mengalami kehancuran oleh karena itu ilmu, amal dan iman menjadi satu kesatuan dan saling berkaitan yang tak terpisahkan.
Dengan memperhatikan motivasi al-Qur’an untuk menuntut ilmu, cara-cara mendapatkan ilmu dalam Islam, dan al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan, maka lembaga pendidikan Islam harus selalu menggali ilmu pengetahuan yang ada didalam al-Qur’an. Al-Qur’an tidak ubahnya seperti suatu samudera ilmu pengetahuan, makin sanggup manusia mengarunginya semakin banyak pula hasil yang diperolehnya. Didalam pengembangan ilmu pengetahuan lembaga pendidikan Islam harus menggali pengetahuan dari sumbernya berupa ayat Qur’aniyah dan Kauniyah.
Lembaga pendidikan Islam harus selalu menanamkan terhadap peserta didiknya bahwa usaha mempelajari, menggali, dan mengaplikasikan ilmu yang diperolehnya itu dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT sebagai Khaliq (pencipta) ilmu pengetahuan.
Semua ilmu bersumber dari Allah SWT, maka dimana ilmu yang berguna untuk kehidupan dunia dan akhirat wajib dipelajari, dan merupakan kurikulum pada lembaga pendidikan Islam. Karena di lembaga pendidikan Islam tidak terdapat dikotomi ilmu agama dan ilmu umum, karena semua ilmu itu adalah ilmu keislaman.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dari uraian dan pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Filafat berarti pemikiran seseorang untuk berfikir kritis dalam memperoleh kebenaran dan kebijaksanaan mengenanai suatu hal.
2. Ilmu Pengetahuan adalah pengetahaun yang jelas tentang sesuatu. Pengetahuan yang tidak jelas dari segi ontology, epistimologi, maupun aksiologi di dalam Islam tidak dianggap sebagai ilmu walaupun orang menyebutnya ilmu juga.
3. Hubungan filsafat dan ilmu pengetahuan adalah dimana filsafat merupakan induk dari segala macam pengetahuan.
4. Perintah al-Qur'an untuk mencari ilmu dapat dipahami dari dua aspek yaitu : Al-Qur'an memerintah manusia menggunakan akal serta meneliti alam semesta.
5. Pengetahuan diperoleh melalui dua cara, Pertama melalui usaha manusia, dan yang Kedua yang diberikan oleh Allah SWT.
6. Sumber utama dari ilmu pengetahuan dalam Islam adalah al-Qur'an. Al-Qur'an adalah kebenaran yang langsung disampaikan Allah kepada salah seorang hamba-Nya, yang dipilih-Nya, yang disebut Rasul atau Nabi.
7. Fungsi ilmu pengetahuan adalah untuk berubudiyah kepada Allah, dapat membedakan yang hak dan yang bathil, dan sebagai modal untuk mencapai kebenaran dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
3.2 Saran
Dalam makalah ini Penulis menyampaikan tentang “Pandangan Filsafat Pendidikan Islam Terhadap Pengetahuan” yang diambil dari beberapa sumber. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca karena tentunya di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
SUMBER
Lubis. 2015. Pengantar Filsafat Umum. Medan : Perdana Publishing. Hal 5
Heriyanto, Muhammad Anis, Roisatun Kasanah, Ari Prasetyo. 2021. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan. Sidoarjo: Zifatama Jawara. Hal 2
Fuad Raya. 2016. Konsep Dasar Ilmu. FALASIFA : Jurnal Studi Keislaman. Jilid 7. No 2. Hal 229
Ramayulis. 2015. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta Pusat: Kalam Mulia. Hal 104
Samuji. 2021. Ilmu Pengetahuan dalam Filsafat dan Islam. Volume 12. No 1. Hal 86. Jurnal Paradigam
PENULIS
- ALVIA SYARIFAH AINI
- LUTHFIYANA AGUSTIN
0 komentar:
Posting Komentar