BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kromatografi
pertama kali ditemukan oleh oleh Michael Tswett ahli botani dari Rusia pada
tahun 1906 Dalam eksperimennya, Tswett
memisahkan pigmen tumbuhan berwarna pada kolom berisi serbuk
kalsium karbonat dan dari pekerjaannya muncul istilah kromatografi. Pigmen yang
terpisah dibedakan sebagai pita warna. Chroma
berarti warna, graphy berarti tulis
sehingga sampai saat ini dikenal istilah kromatografi. Kromatografi merupakan metode pemisahan dua komponen atau
lebih dalam suatu campuran homogen berdasarkan distribusi senyawa-senyawa
tersebut dalam dua fasa, fasa diam dan fasa gerak.
Kromatografi
Pertukaran Ion merupakan jenis kromatografi cair yang digunakan unutk pemisahan
sampel-sampel bermuatan baik kation maupun anion. Beraneka ragam bahan organik
dan anorganik, memperagakan proses pertukaran ion, tetapi pada penelitian di
laboratorium di mana keseragaman sangat penting, pertukaran ion yang sangat
disukai biasanya adalah bahan – bahan yang dikenal sebagai resin pertukaran ion
yang bertindak sebagai fasa diam. Terdapat 2
pertukaran ion yaitu pertukaran anion dan pertukaran kation. Pemisahan
pertukaran ion sederhana didasarkan pada kekuatan interaksi ion terlarut dengan
resin. Larutan berair merupakan pelarut universal untuk kation dan anion.
Dalam memisahkan campuran beberapa
kation terlarut dalam air dapat menggunakan kromatografi penukar kation dengan
memperhatikan beberapa faktor misalnya muatan, afinitas, jari-jari ion dan
sebagainya. Muatan ion sangat berpengaruh dan pH fasa gerak dapat divariasikan.
Suatu anion akan tertahan pada kolom penukar anion tapi sangat terelusi pada kolom
penukar kation. Dasar pemisahan berasal dari perbedaan afinitas senyawa
bermuatan terhadap permukaan penukar ion. Hal tersebut merupakan dasar dari
proses pemisahan suatu senyawa yang bermuatan dengan menggunakan kromatografi
penukar ion.
1.2
Rumusan Masalah
a.
Apa
yang dimaksud dengan kromatrografi penukar ion
b.
Bagaimana
prinsip kerja dari kromatografi penukar ion
c.
Apa
jenis-jenis dari kromatrografi penukar ion
1.3
Tujuan
a.
Memahami
tentang kromatografi khususnya kromatogrfi penukar ion
b.
Memahami
prinsip kerja dari kromatografi penukar ion
c.
Memahami
jenis-jenis dari kromatografi penukar ion
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dari
Kromatografi Penukar Ion
Kromatografi penukar ion merupakan jenis
kromatografi cair dimana senyawa yang dipisahkan berupa zat cair. Jika senyawa
yang akan dipisahkan dalam bentuk padatan maka perlu dilakukan preparasi
terlebih dahulu untuk menjadikan senyawa tersebut dalam bentuk cair yaitu
dengan melakukan penambahan larutan yang sesuai dengan senyawa dan tidak akan mempengaruhi
terhdapa proses pemisahan waktu berada di dalam klom resin penukar ion.
Kromatografi penukar ion adalah kromatografi yang digunakan untuk memisahkan
sampel-sampel yang bermuatan, baik itu kation maupun anion. Misalnya saja garam
ion seperti NaCl dan senyawa amfoter seperti asam amino dapat dipisahkan dengan
menggunakan kromatografi penukar ion.
Pertukaran ion yang sangat disukai biasanya adalah bahan-bahan yang dikenal sebagai resin pertukaran ion yang bertindak sebagai fasa diam. Resin ini dibuat dengan memasukkan gugus yang dapat diionisasi ke dalam matriks polimer organik, yang paling umum adalah polistirena terhubung silang dimana resin ini bertindak sebagai adsorben. Resin diproduksi dalam bentuk manik manik bulat, biasanya berdiameter 0,1 sampai 0,5 mm, meskipun ukuran yang lain juga tersedia.
Gambar
1: Manik-manik Resin
Resin penukar ion dapat didefinisi
sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung ikatan hubung
silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional yang mempunyai ion-ion
yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai
karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan
menggelembung (swelling), kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran.
Penggunaannya dalam analisis kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion
pengganggu, memperbesar konsentrasi jumlah ion-ion renik, proses deionisasi air
atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam campuran dengan
kromatografi penukar ion. Resin biasanya masih
dalam bentuk padatan kering dimana gugus-gugus ionnnya belum aktif. Untuk
mengaktifkan gugus resin tersebut dilakukan penambahan air (H2O), untuk setiap
1 gram resin kering ditambahkan air sebanyak 20 ml-40 ml. setelah ditambahkan
air maka permukaan serbuk resin mengadsorbsi air sehingga membuat resin
menggelembung berbentuk bulatan seperti manik-manik kecil.
Gugus dari resin yang akan dipertukarkan dengan
senyawa polimer akan mengalami gaya elektrostatik setelah ditambahkan air.
Akibat adanya gaya elektrostatik tersebut menyebabkan ikatan antara gugus resin
yang akan dipertukarkan dengan senyawa polimer menjadi lemah sehingga mudah
digantikan dengan ion lain yang sesuai dengan muatan gugus resin yang putus.
Resin pertukaran ion merupakan bahan sintetik yang
berasal dari aneka ragam bahan, alamiah maupun sintetik, organik maupun
anorganik, memperagakan perilaku pertukaran ion dalam analisis laboratorium
dimana keseragaman dipentingkan dengan jalan penukaran dari suatu ion.
Pertukaran ion bersifat stokiometri, yakni satu H+ diganti oleh
suatu Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses kesetimbangan
dan jarang berlangsung lengkap, namun tak peduli sejauh mana proses itu
terjadi, stokiometrinya bersifat eksak dalam arti satu muatan positif meninggalkan
resin untuk tiap satu muatan yang masuk. Ion dapat ditukar yakni ion yang tidak
terikat pada matriks polimer disebut ion lawan (Counterion)
(Underwood, 2001).
Resin merupakan fasa diam, fasa diam ini dapat
berupa penukar ion asam sulfonat untuk kation atau penukar ion untuk anion.
Mekanisme yang terjadi dalam kolom penukar ion adalah sebagai berikut:
Resin penukar ion sangat banyak di
gunakan juga dalam dunia industri, biasanya dalam pengolahan air (water treatment)
dalam seksi Utilities jika di dunia industri,digunakan dengan tujuan menukar
ion (+) seperti Na,Mg,Ca,Fe, dan lain-lain yang terdapat dalam air untuk kemudian
logam-logam tersebut di tukar dengan ion (H+), yang telah ada dalam
resin (yaitu ion (H+), didapatkan dengan cara regenerasi resin yaitu
menambahkan asam sulfat (H2SO4), begitu juga sebaliknya
untuk ion (-) seperti Cl-,SO4,SiO, dan lain-lain yang
terkandung dalam air yang ingin di tukar dengan ion (OH-) dengan
menggunakan soda api atau NaOH, prosesnya sama yaitu dengan regenerasi resin
dengan menambahkan NaOH untuk menukar ion (-) dan menambahkan H2SO4
untuk regenerasi resin (+), pertukaran ini terhadap air bertujuan untuk
mendapatkan air dengan kualitas yang baik yaitu bebas dari logam (ion positif)
dan ion negatif yang mengganggu dalam proses,terutama untuk air umpan boiler (Boiler
feed Water/BFW) yang akan dibuat untuk penghasil steam untuk penggerak turbin
baik untuk kompresor, turbin power/generator listrik, turbin gas, steam turbin,
pompa dan lain-lain.
Karakteristik fasa gerak dalam
kromatografi penukar ion yang digunakan sama dengan pada kromatografi lain.
Fasa gerak harus melarutkan cuplikan, mempunyai kekuatan pelarut yang
memberikan waktu retensi yang sesuai, berinteraksi dengan solute sehingga memberikan
harga selektifitas yang tepat. Fasa gerak dalam kromatografi penukaran ion
adalah larutan dalam air yang dapat mengandung sedikit methanol atau pelarut
organic lain yang bercampur dengan air. Pelarut ini juga mengandung
senyawa-senyawa ionis dalam bentuk buffer. Kekuatan pelarut dan selektivitas
ditentukan oleh jenis dan konsentrasi bahan-bahan tambahan ini. Umumnya,
ion-ion dari fasa gerak bersaing dengan ion analit untuk memperebutkan tempat
paking penukar ion.
2.2
Macam-macam Resin Pertukaran Ion
A. Resin
Pertukaran Kation
Resin pertukaran kation (dikenal pula dengan resin asam baik asam kuat atau asam lemah) merupakan resin yang mempunyai gugus kation yang dapat dipertukarkan, biasanya H+ . Misalnya asam arisulfonat merupakan asam kuat (Resin penukar kation asam kuat dapat digunakan pada pH 1 s/d 14. Pada harga pH rendah, penukaran kation asam lemah akan terikat kuat pada proton untuk terjadinya pertukaran. Demikian juga penukaran kation asam lemah tidak akan dapat sempurna melepaskan kation dari basa sangat lemah), sehingga gugus-gugus ini terionisasi pada saat air menembus manik-manik resin:
Anion
terikat secara permanen pada matriks polimernya. Anion ini tidak bisa
bermigrasi melalui fasa berair di dalam pori-pori resin, juga tidak bisa
melepaskan diri dan bergerak menuju larutan terluar. Pengikatan anion ini
kemudian membatasi pergerakan dari kation, H+ . Netralitas
kelistrikan dijaga tetap di dalam resin, dan kation H+ tidak akan
meninggalkan fasa resin kecuali jika ion ini digantikan dengan kation yang
lain, di mana penggantian ini merupakan proses pertukaran ion. Pertukaran ini
bersifat stoikiometri yakni satu H+ digantikan oleh satu Na+,
dua H+ digantikan oleh satu Ca+, dan seterusnya.
Ada
beberapa resin jenis lain yang bisa digunakan. Contohnya, gugus fungsionalnya
dapat berupa asam lemah COOH. Resin ini tidak memperagakan sifai-sifat
pertukaran ion kecuali jika pH nya cukup tinggi untuk mengubah asam bebas
netral menjadi anion karboksilat, COO-. Sesuai dengan reaksi :
Resin
pertukaran Kation hanya mampu berkeseimbangan dengan kation terlarut dalam
sampel. Kation-kation dengan muatan lebih besar lebih mudah diikat oleh resin
kation daripada kation-kation dengan muatan lebih kecil. Beberapa kation
bermuatan 2+ mempunyai
kekuatan yang sama sehingga diperlukan teknik khusus dalam proses
pemisahannya.
Dalam
sekelompok ion yang mempunyai tanda yang tepat untuk bertindak sebagai ion
lawan yang sejati, besarnya muatan sangatlah penting. Biasanya, resin lebih
menyukai ion dengan muatan yang besar. Jadi, seberapa jauhnya pertukaran
dengan, katakanlah H+, akan menurun dengan urutan
Th4+
> AI3+ > Ca2+ > Na+
Dengan
sederetan ion dengan muatan yang sama, resin ini masih memperlihatkan
selektivitas. Misalnya, dengan logam alkali, urutan berikut ini umumnya
dijumpai pada resin pertukaran kation. Faktor terpenting di sini kemungkinan
adalah jari-jari ion; semakin kecil jari-jari ion dengan muatan tertentu,
semakin kuat ion tersebut akan diikat oleh resin.
B. Resin
Pertukran Anion
Resin
Pertukaran anion adalah resin yang mempunyai gugus anion, berkemampuan menukar
anion terlarut. Secara umum resin pertukaran anion dibedakan menjadi basa kuat
dan basa lemah.
Gugus penukar anion dapat berupa hidroksil atau klorida atau anion lain. Resin pertukaran anion basa kuat mempunyai gugus ammonium kuartener bermuatan positif dan gugus hidroksil bermuatan negatif yang dapat dipertukarkan, sedangkan Resin pertukaran anion basa lemah mempunyai gugus ammonium tersier atau sekunder. Reaksi pertukarannya dapat dituliskan seperti berikut:
dimana R adalah gugus organik (gugus alkil, biasanya metil).
Penukar basa kuat dapat digunakan diatas rentang pH 0 sampai dengan
12, sedangkan resin penukar basa lemah hanya diatas rentang pH 0 sampai dengan
9. Golongan penukar basa lemah tidak akan melepaskan asam yang sangat lemah,
tetapi akan lebih disukai untuk asam kuat yang mungkin tertahan oleh resin basa
kuat seperti sulfonat.
2.3
Regenerasi Resin
Proses regenerasi resin adalah proses pengembalian gugus resin pada kondisi semula, sehingga resin pertukaran ion merupakan jenis kromatografi yang dapat digunakan berulang-ulang. Resin yang masih baru dipreparasi mempunyai gugus aktif asli, misalnya pada resin kation gugus aktif yang mampu ditukar adalah H+ sehingga apabila larutan kationik dilewatkan ke dalam resin kation akan terjadi proses pertukaran seperti reaksi berikut :
Proses regenerasi resin kation dilakukan dengan cara mengganti kembali kation yang terikat dalam resin menjadi gugus H+ kembali. Regenerasi resin kation dapat dilakukan dengan melewatkan larutan HCl ke dalam resin seperti reaksi berikut:
Seperti pada resin
kation, regenerasi resin anion yang mempunyai gugus asli klorida dilakukan
dengan larutan HCl atau NaCl. Untuk regenerasi resin pada umumnya digunakan
asam kuat karena muatan kation lebih kuat terikat pada sulfonat sehingga perlu
dimanipulasi dengan memperbesar
konsentrasi asam kuat agar muatan kation yang terikat tersebut dapat mudah
lepas.
2.4
Kapasitas Pertukaran Resin
Kapasitas pertukaran resin merupakan indikator
efektivitas dari resin. Kapasitas pertukaran resin ditentukan dengan cara
menghitung jumlah gugus yang dapat dipertukarkan (mmol) setiap gram resin
kering atau setiap milliliter resin basah. Besar nilai kapasitas pertukaran
resin tergantung dari jumlah gugus aktif yang mampu dipertukarkan. Semakin
banyak jumlah gugus aktif resin semakin besar pula nilai kapasitas pertukaran.
Resin yang masih baru dipreparasi mempunyai nilai kapasitas pertukaran maksimal.
Semakin sering resin digunakan dan diregenerasi, maka nilai kapasitas
pertukaran semakin turun. Hal ini dikarenakan jumlah gugus aktif semakin
berkurang.
2.5 Keunggulan Kromatogrfi Penukar Ion
A.
Kecepatan
(speed)
Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat penting dalam hal analisis ion. Salah satu yang menyebabkannya adalah masalah 。ヲklasik。ヲ yaitu untuk mengurangi biaya dan bisa menghasilkan data-data analisis yang akurat dan cepat. Namun lebih daripada itu, sebenarnya yang lebih penting adalah memberikan andil dengan maksimal dalam perhatian kepada kondisi lingkungan (environmental efforts) yang dari hari ke hari jumlah sampel yang mau dianalisis (untuk diketahui kandungan apa saja di dalamnya) semakin bertambah. Itulah sebabnya, teknik ini terus dikembangkan orang untuk mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian yang lebih praktis dengan biaya yang relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa limbah (waste) yang dihasilkan dari penggunaan eluen dapat dikurangi.
B.
Sensitivitas
(sensitivity)
Dengan berkembangnnya teknologi mikroprosessor, mulailah orang mengkombinasikannya dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala konvensional (ukuran diameter dalam milimeter) sampai skala mikro yang biasa juga disebut microcolumn. Sehingga walaupun hanya dengan jumlah sampel yang sangat sedikit yang diinjekkan ke dalam sistem kromatografi, ion-ion yang ada dalam sampel tersebut dapat terdeteksi dengan baik.
C.
Selektivitas
(selectivity)
Dengan sistem ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan keinginan, misalnya kation/anion organik saja atau kation/anion anorganik yang ingin dipisahkan. Itu dapat dilakukan dengan memilih kolom pemisah yang tepat. Ataupun hanya ion tertentu yang ingin diukur walaupun banyak ion lain yang ada dalam sampel.
D.
Pendeteksian
yang serempak (simultaneous detection)
Secara umum, anion dan kation dipisahkan/dideteksi terpisah dengan menggunakan sistem analisis yang terpisah (different systems) pula. Padahal sangat penting dilakukan pendeteksian secara serempak (simultaneous) antara anion dan kation dalam dalam sekali injek untuk sebuah sampel. Tentunya, pendekatan yang terakhir ini punya sejumlah kelebihan dibanding pemisahan terpisah. Sebagaimana telah diulas di atas, beberapa kelebihan di antaranya dapat menekan biaya operasional, memperkecil jumlah limbah saat analisis berlangsung, memperpendek waktu analisis (short time analysis) serta dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
E.
Kestabilan
pada kolom pemisah (stability of the separator column)
Walaupun sebenarnya, ketahanan kolom ini berdasarkan pada
paking (packing) material yang diisikan ke dalam kolom pemisah. Namun
kebanyakan, kolom pemisah bisa bertahan pada perubahan yang terjadi pada
sampel, misalnya konsentrasi suatu ion terlalu tinggi, tidak akan mempengaruhi
kestabilan material penyusun kolom. Namun, diakui bahwa ada juga kolom pemisah
yang mempunyai waktu penggunaan yang tidak terlalu lama, dikarenakan paking
kolom yang kurang baik atau karena faktor internal lainnya.
2.6
Contoh
Aplikasi Kromatografi Penukar Ion
Pertama kali
ditemukan, kromatografi penukar ion digunakan untuk analisis senyawa-senyawa
anorganik pada tahun 1940-an dan 1950-an dengan keberhasilannya seperti
pemisahan ion-ion alkali tanah dan isotop-isotop yang sebelumnya sukar atau
tidak mungkin. Ketika kromatografi penukar ion dianggap sebagai alat pemisahan
yang potensial, penggunaanya yang luas untuk menentukan senyawa-senyawa
anorganik dihambat oleh kurangnya detektor yang baik dan umum untuk penentuan
kuantitatif ion-ion atas dasar luas peak kromatografi. Detektor konduktifitas
jelas merupakan suatu pilihan untuk pekerjaan ini. Detektor ini sangat
sensitif, universal untuk molekul-molekul yang bermuatan dan secara umum
detektor ini memberikan respon terhadap perubahan konsentrasi. Selain itu,
detektor ini sederhana, murah untuk dibuat dan dirawat dan tahan lama.
Sayangnya, kekurangan detektor ini dianggap serius menyebabkan detektor ini
ditunda penggunaannya hingga tahun 1970-an. Kendalanya disebabkan oleh
elektrolit berkonsentrasi tinggi dari fasa gerak untuk mengelusikan semua
ion-ion analit dalam waktu yang cepat. Akibatnya, konduktivitas yang berasal
dari komponen fasa gerak cenderung melampaui konduktivitas ion-ion analit, jadi
menurunkan sensitivitas detektor.
Pada tahun 1975, masalah eluen dengan konduktivitas tinggi diselesaikan dengan menambahkan kolom tambahan yang disebut kolom supresor eluen setelah kolom penukar ion. Kolom supresor dipak dengan resin penukar ion yang berbeda untuk mengubah ion-ion pelarut menjadi molekul yang kurang terionisasi dengan tanpa mempengaruhi ion-ion analit. Contohnya, untuk pemisahan dan penentuan kation maka asam klorida dipilih sebagai eluen dan kolom supresornya untuk menangkap ion Cl- digunakan resin penukar anion dalam bentuk hidroksida. Hasil reaksi dalam kolom supresor adalah air.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kromatografi penukar ion merupakan
jenis kromatografi cair dimana senyawa yang dipisahkan berupa zat cair. Jika
senyawa yang akan dipisahkan dalam bentuk padatan maka perlu dilakukan
preparasi terlebih dahulu untuk menjadikan senyawa tersebut dalam bentuk cair
yaitu dengan melakukan penambahan larutan yang sesuai dengan senyawa dan tidak
akan mempengaruhi terhdapa proses pemisahan waktu berada di dalam klom resin
penukar ion. Kromatografi penukar ion adalah kromatografi yang digunakan untuk
memisahkan sampel-sampel yang bermuatan, baik itu kation maupun anion.
Pertukaran ion yang sangat disukai biasanya adalah bahan-bahan yang dikenal sebagai resin pertukaran ion yang bertindak sebagai fasa diam. Resin ini dibuat dengan memasukkan gugus yang dapat diionisasi ke dalam matriks polimer organik, yang paling umum adalah polistirena terhubung silang dimana resin ini bertindak sebagai adsorben.
Resin merupakan fasa diam, fasa diam ini dapat
berupa penukar ion asam sulfonat untuk kation atau penukar ion untuk anion.
Mekanisme yang terjadi dalam kolom penukar ion adalah sebagai berikut:
Resin
pertukaran ion dibagi menjadi dua macam yaitu resin pertukaran anion dan resin
pertukaran kation. Adapun keunggulan dari kromatografi pertukaran ion ini
adalah kecepatan, sentisivitas, selektifitas, pendeteksian yang serempak dan
kestabilan pada kolom pemisahan.
Daftar Pustaka
Bassett, J. dkk.
1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis
Kuantitatif Anorganik. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press.
Jakarta.
Underwood, A.L., dan
Day R. A. 2001. Analisis Kimia
Kuantitatif Edisi Keenam. Erlangga. Jakarta.
Svehla. 1985. Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan
SemiMikro. Kalman Media Pustaka. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar