BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Metode pemisahan
merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi yang
terdapat di alam berupa campuran. Untuk itu memperoleh materi murni dari suatu
campuran, kita harus melakukan suatu pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat
diterapkan untuk memisahkan campuran.
Pemisahan kimia
mempunyai dua tujuan besar yaitu preparative dan analitik. Pemisahan
preparative dilakukan untuk pemurnian suatu senyawa dari campuran hingga
diperoleh senyawa dengan tingkat pemurnian tinggi misalnya pemurnian bari dari
biji besi.
Pemisahan analitik dilakukan sebelum proses analisis kualitatif dan kuantitatif
suatu senyawa untuk mendapatkan hasil yang tepat dan teliti.
Pemisahan kimia mempunyai
tiga golongan besar yaitu destilasi, ekstraksi dan kromatografi. Metode
pemisahan destilasi didasarkan pada perbedaan titik didih masing-masing komp onen
dalam suatu campuran. Metode pemisahan ekstraksi didasarkan pada perbedaan
ditribusi suatu senyawa pada dua jenis pelarut yang tidak saling bercampur.
Metode pemisahan kromatografi didasarkan pada perbedaan distribusi
molekul-molekul komponen di antara dua fase (fasa gerak dan fasa diam) yang
kepolarannya berbeda.
Dewasa ini,
efisiensi merupakan faktor
penting dalam pemisahan. Faktor kedua adalah waktu, bagaimana mendapatkan hasil
pemisahan yang efisiensi dalam waktu yang cepat. Faktor ketiga adalah
kompleksitas senyawa, semakin mirip karakter senyawa yang dipisahkan semakin
sulit dipisahkan. Faktor keempat adalah biaya, bagaimana mendapatkan hasil
pemisahan yang efisien dengan menggunakan metode pemisahan yang murah.
Kromatografi merupakan jenis pemisahan yang variatif dan
efisien karena memenuhi faktor-faktor yang telah dijelaskan di atas. Satu-satunya
kromatografi cair konvensional yang sering digunakan karena faktor harga yang
cukup murah yaitu Kromatografi Kertas.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
prinsip pemisahan kromatografi kertas?
2.
Apa
saja macam-macam metode dalam kromatografi kertas?
3.
Apa
saja alat-alat yang digunakan dalam kromatografi kertas?
4.
Bagaimana
mekanisme pemisahan dalam kromatografi kertas ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk
Mengetahui prinsip pemisahan kromatografi kertas.
2.
Untuk
Mengetahui macam-macam metode dalam kromatografi kertas.
3.
Untuk
Mengetahui alat-alat yang digunakan dalam kromatografi kertas.
4.
Untuk
Mengetahui mekanisme pemisahan dalam kromatografi kertas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Prinsip Pemisahan Kromatografi Kertas
Prosedur pemisahan zat terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam arah tertentu dan di dalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya perbedaan dalam absorpsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion dinamakan kromatografi sehingga masing-masing zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Anonim, 1995).
Pada dasarnya, teknik kromatografi ini membutuhkan zat terlarut terdistribusi di antara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat terlarut lainnya yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut dibawa melewati media pemisah oleh cairan atau gas yang disebut eluen. Fase diam dapat bertindak sebagai zat penyerap atau dapat betindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara fase diam dan fase gerak (Anonim, 1995).
Pada kromatografi kertas sebagai penyerap digunakan sehelai kertas dengan susunan serabut dan tebal yang sesuai. Pemisahan kromatografi dapat berlangsung menggunakan fase cair tunggal dengan proses yang sama dengan kromatografi adsorpsi dalam kolom. Oleh karena kandungan air pada kertas, atau inhibisi selektif dari komponen hidrofilik fase cair oleh serat kertasnya, dapat dianggap sebagai fase diam, maka mekanisme partisi beperan penting dalam pemisahan (Anonim, 1995).
2.2
Alat-alat Yang Digunakan Dalam Kromatografi Kertas
Peralatan
yang digunakan dalam kromatografi kertas sangat sederhana. Hasil-hasil yang
baik dapat diperoleh dengan peralatan yang sangat sederhana. Senyawa-senyawa
yang dipisahkan dapat dideteksi pada kertas dan segera diidentifikasi.
Fasa
diam dalam kromatografi kertas adalah zat
cair yang teradsobsi dalam serat selulosa kertas. Susunan serat kertas
membentuk medium berpori yang bertindak sebagaii tempat untuk mengalirkannya
fase bergerak. Berbagai macam tempat kertas secara komersil tersedia adalah
whatman 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas asam asetil, kertas kieselguhr, kertas
silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Kertas asam asetil dapat
digunakan untuk zat – zat hidrofobik. Untuk memilih kertas yang menjadi
pertimbangan adalah tingkat kesempurnaan pemisahan, difusitas pembentukan spot,
efek tailing dan pembentuk komet serta laju pergerakan untuk teknik descending
( Khopkar, 2002 ).
Fase
gerak juga cairan yang sering disebut dengan
fase pengembang. Bejana pengembang merupakan wadah yang berisi larutan fase
gerak cair.
2.3 Macam-macam
Metode Kromatografi Kertas
2.3.1
Metode
Ascending
Pada kromatografi kertas yang menaik, kertas itu digantung dari atas
ruangan agar kertas tersebut tercelup ke dalam larutan yang ada di dasar
ruangan, dan pelarut akan merangkak naik di seluruh bagian kertas secara
perlahan-lahan akibat kapilaritas kertas
(Underwood.1999).
2.3.2
Metode
Descending
Pada bentuk yang menurun, kertas dikaitkan pada sebuah
cawan yang mengandung pelarut yang terletak diatas ruangan, dan pelarut
bergerak ke bawah karena adanya kapilaritas yang dibantu gravitasi. Pada kasus
yang sukses, zat terlarut dari campuran yang asli akan bergerak di sepanjang
kertas dengan kecepatan yang berbeda-beda, membentuk sederetan noda yang
terpisah (Underwood.1999).
2.3.3
Metode
Horizontal
sangat
berbeda dari kedua metode diatas. noda cuplikan ditempatkan pada pusat dari
kertas (biasanya kertas saring berbentuk bilat) dan pelarut di teteskan juga
dipusat kertas. Aliran juga oleh gaya kapiler, senyawa-senyawa dalam campuran
segera berkembnag dengan pelarut.
2.3.4
Metode
Dua dimensi
Sampel terlihat di dekat satu ujung
dari lembaran kertas penyaring bujur sangkar. Setelah perpindahan dari zat
terlarut sama dengan sala satu sisi dari kertas yang menggunakan system
pelarut, kertas yang dipurat dengan sudut 90o kemudian system
pelarut kedua emmbawa zat terlarut ke bagian kertas yang digunakan.
2.4 Mekanisme Pemisahan Pada Kromatografi
Kertas
Mekanisme
pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan mekanisme pada
kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas saring,
yakni selulosa. Untuk mendeteksi bisa juga dengan sinar ultra ungu
atau teknik radio kimia. Setetes dari larutan
cuplikan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan diteteskan pada daerah
yang diberi tanda diatas sepotong kertas saring, dimana ia akan meluas
membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering, kertas dimasukkan dalam
bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan
ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan
sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut
dari kertas).
Pelarut
bergerak melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkkan
komponen-komponen dari campuran cuplikan. Perlu diperhatikan bahwa permukaaan
dari kertas jangan sampai terlalu basah dengan pelarut, karena hal ini tak akan
memisahkan sama sekali atau daerah-daerah noda akan menjadi kabur. Bila
permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah
waktu yang telah ditentukan, maka kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari
permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering.
Jika
senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan terlihat sebagai pita-pita atau
noda-noda yang terpisah, jika senyawa-senyawa tak berwarna maka mereka harus
dideteksi dengan cara fisika dan kimia. Cara yang biasa adalah menggunakan
suatu pereaksi yang memberikan sebuah warna terhadap beberapa atau semua dari
senyawa-senyawa. Sering juga menggunakan cara deteksi dengan sinar ultra ungu.
Bila daerah-daerah dari noda yang terpisah telah dideteksi, maka identifikasi
tiap-tiap senyawa dapat dilakukan.
Untuk
tujuan identifikasi, noda-noda sering dikarakterisasikan berdasarkan nilai
Rfnya. Nilai Rf, adalah rasio jarak yang ditempuh oleh suatu zat terlarut
terhadap jarak yang dipindahkan oleh garis depan pelarut selama waktu sama. Nilai Rf yang identik untuk suatu
senyawa yang diketahui dan yang tidak diketahui dengan menggunakan beberapa
sistem pelarut yang berbeda memberikan bukti yang kuat bahwa nilai untuk kedua
senyawa tersebut adalah identik, terutama jika senyawa tersebut dijalankan
secara berdampingan di sepanjang pita kertas yang sama.
Bila akan melakukan
pemisahan dengan kromatografi kertas maka hal-hal seperti beriku perlu mendapatkan
perhatian:
v 1. Metode yang digunakan (ascending,
descending atau horizontal)
v 2. Jenis dari kertas
v 3. Pemilihan eluen
v 4.Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih
v 5. Pembuatan cuplikan
v 6. Waktu pengembangan
v 7. Metode deteksi dan identifikasi
Ada 4 jenis Mekanisme
sorpsi dasar yang terlibat dalam kromatografi kertas antara lain :
1. 1.Adsorpsi
Adsorpsi merupakan
penyerapan pada permukaannya saja dan jangan sekali-kali dikacaukan dengan
proses absorbs yang berarti penyerapan keseluruhan. Adsorpsi oada permukaan
melibatkan interaksi-interaksi elektrostatik seperti iakatan hydrogen,
penarikan dipol-dipol. Solute akan bersaing dengan fase gerak untuk berikatan
dengan sisi-sisi polar pada permukaan absorben (Ibnu Ggolib Gandjar.2009).
Adsorpsi solute oleh
fase diam atau adsorben sangat bergantung pada:
·
a. Sttruktur
kimia solute atau adanya gugus aktif tertentu yang berinteraksi dengan
adsorben.
·
b. Ukuran
partikel adsorben. semakin kecil ukuran partikel adsorben, maka luas
permukaannya semakin luas sehingga interaksinya dengan solur semakin luas.
·
c. Kelarutan
solute dalam fase gerak. Solute yang makin mudah larut dalam fase gerak akan
semakin mudah lepas dari fase diam.
2. 2. Partisi
Partisi merupakan
proses sorpsi yang analog dengan ekstraksi pelarut. Fasa diam cair diikat pada
padatan lapis tipis yang inert. Dalam
partisi yang sebenarnya solute akan terdistribusi diantara fase gerak dan fase
diam sesuai dengan kelarutan relative diantara keduanya (Ibnu Ggolib
Gandjar.2009).
3. 3.Pertukaran ion
Pertukaran ion
merupakan proses yang mana solutt ion dalam fase gerak dapat bertukar dengan
ion-ion bermuatan sama yang terikat secara kimiawi pada fase diam. Fase diam
dapat berupa polimer (dalam kromatografi kertas menggunakan selulosa).
Pemisahan pertukaran ion sederhana didasarkan pada perbedaan kekuatan interaksi
ion terlarut dengan resin ( zat polimer buatan atau polimer alam). Jika ion
terlarut berinteraksi secara lemah dengan resin karena adanya ion pada fase
gerak, maka ion terlarut akan keluar lebih dahulu (Ibnu Ggolib Gandjar.2009).
4. 4. Ekslusi
Teknik ini didasarkan
pada ukuran molekul dari fase diam. Kromatografi ini sangat dipengaruhi oleh
perbedaan bentuk struktur dan ukuran molekul (Ibnu Ggolib Gandjar.2009).
Contoh Yang Dipisahkan :
Pada pembahasan ini, contoh
senyawa yang dipisahkan dengan menggunakan metode kromatografi kertas adalah
senyawa asam amino. Campuran asam amino akan memisahkan asam amino tertentu
yang terdapat dalam campuran. Setetes larutan campuran ditempatkan pada garis
dasar kertas, dan dengan cara yang sama ditempatkan asam amino yang telah
diketahui ditotolkan disampingnya. Kertas lalu ditempatkan dalam pelarut yang
sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya.
Posisi
pelarut depan ditandai dengan pensil dan kromatogram dikeringkan dan
disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino
menghasilkan senyawa berwarna, utamanya coklat atau ungu. Penyemprotan
ninhidrin tujuannya adlah agar bercak noda terlihat dan terbentuk warna
sehingga dapat mengetahui keberadaan asam amino. Dalam gambar, campuran adalah
M, dan asam amino yang telah diketahu ditandai 1 sampai 5. Posisi pelarut depan
ditandai dengan pinsil dan kromatogram lalu dikeringkan dan disemprotkan dengan
larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa
berwarna, utamanya coklat atau ungu.
Gambar di
sebelah kiri menunjukkan kertas setelah dilalui pelarut hampir pada bagian atas
kertas. Bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang mungkin
tampak setelah penyemprotan ninhidrin. Tidak diperlukan untuk menghitung nilai Rf
karena kita dengan mudah dapat membandigkan bercak dalam campuran dengan asam
amino-asam amino yang telah diketahui berdasarkan posisi dan warnanya. Dalam
contoh ini, campuran mengandung asam amino yang diberi tanda 1, 4 dan 5. Jika campuran mengandung asam amino lain
selain dari asam amino yang digunakan untuk perbandingan, akan terdapat bercak
dalam campuran yang tidak sesuai dari asam amino yang telah diketahu. Kita
harus mengulangi percobaan menggunakan asam amino-asam amino sebagai bahan
perbandingan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia Ed. IV.
Jakarta: Depkes RI.
Ibnu
Gholib Gandjar. 2009. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta: UI-Press.
Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga.
0 komentar:
Posting Komentar