BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Metode
pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan materi
yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu
campuran, kita harus melakukan pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan
untuk memisahkan campuran. Perusahaan air minum, memperoleh air jernih dari air
sungai melalui penyaringan pasir dan arang. Air murni untuk keperluan
laboratorium atau farmasi diperoleh melalui teknik pemisahan destilasi. Untuk
memisahkan minyak bumi menjadi komponen-komponennya seperti elpiji, bensin,
minyak tanah, dilakukan melalui teknik pemisahan destilasi bertingkat. Logam
aluminium dipisahkan dari bauksit melalui teknik pemisahan elektroforesis.
Itulah beberapa contoh teknik pemisahan yang berguna untuk memperoleh materi
yang lebih murni. Melalui teknik pemisahan ternyata menghasilkan materi yang
lebih penting dan lebih mahal nilainya.
Pembahasan pada bab ini akan
difokuskan pada teknik pemisahan ekstraksi. Ekstraksi pelarut pada umumnya
digunakan untuk memisahkan sejumlah gugus yang diinginkan dan mungkin merupakan
gugus pengganggu dalam analisis secara keseluruhan. Kadang-kadang gugus-gugus
pengganggu ini diekstraksi secara selektif. Teknik pengerjaan meliputi
penambahan pelarut organik pada larutan air yang mengandung gugus yang
bersangkutan. Dalam pemilihan pelarut organik diusahakan agar kedua jenis
pelarut (dalam hal ini pelarut organik dan air) tidak saling tercampur satu
sama lain. Selanjutnya proses pemisahan dilakukan dalamcorong pemisah dengan
jalan pengocokan beberapa kali. Partisi zat-zat
terlarut antara dua cairan yang tidak dapat campur (immiscible).
Diantara berbagai jenis metode
pemisahan, ekstraksi pelarut atau
disebut juga ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik
dan popular. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik
dalam tingkat makro ataupun mikro. Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus
atau canggih kecuali corong pemisah. Prinsip metode ini didasarkan pada
distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang
tidak saling bercampur seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform.
Batasannya adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam
kedua fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk preparative dan pemurnian.
Mula-mula metode ini dikenal dalam kimia analisis, kemudian berkembang menjadi
metode yang baik, sederhana, cepat dan dapat digunakan untuk ion-ion logam yang
bertindak sebagai tracer (pengotor)
dan ion-ion logam dalam jumlah makrogram.
1.2
Rumusan Masalah
1. 1. Bagaimana pengklasifikasian ekstraksi
pelarut?
2. 2. Apa saja macam-macam ekstraksi pelarut?
3. 3. Bagaimana penentuan Koeisien Distribusi?
1.3
Tujuan
1. 1. Bagaimana pengklasifikasian ekstraksi
pelarut?
2. 2. Apa saja macam-macam ekstraksi pelarut?
3. 3. Bagaimana penentuan Koeisien Distribusi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Ekstraksi pelarut menawarkan banyak
kemungkinan yang menarik untuk pemisahan analitis. Bahkan di mana tujuan
primernya bukanlah analitis namun preparatif, ekstrasi pelarut dapat merupakan
suatu langkah penting dalam urutan yang menuju ke suatu produk murninya dalam
laboratorium organik, anorganik atau biokimia. Meskipun kadang-kadang digunakan
peralatan yang rumit, namun seringkali hanya diperlukan sebuah corong pisah.
Seringkali suatu permisahan ekstrasi pelarut dapat diselesaikan dalam beberapa
menit.
Ekstraksi merupakan proses pemisahan, penarikan atau
pengeluaran suatu komponen cairan/campuran dari campurannya. Biasanya
menggunakan pelarut yang sesuai dengan kompnen yang diinginkan. Cairan
dipisahkan dan kemudian diuapkan sampai pada kepekatan tertentu. Ekstraksi
memanfaatkan pembagian suatu zat terlarut antar dua pelarut yang tidak saling
tercampur untuk mengambil zat terlarut tersebut dari satu pelarut ke pelarut
lain.[1]
Ekstraksi memegang peranan penting baik di
laboratorium maupun industry. Di laboratorium, ekstraksi seringkali dilakukan
untuk menghilangkan atau memisahkan zat terlarut dalam larutan dengan pelaurt
air yang diekstraksi dengan pelarut lain seperti eter, kloroform,
karbondisulfida atau benzene.[2]
2.2 Klasifikasi
Ekstaksi
Beberapa cara dapat mengklasifikasikan
system ekstraksi. Cara kalsik adalah mengklasifikasi berdasarkan sifat zat yang
diekstraksi, sebagai khelat atau system ion berasosiasi. Akan tetapi
klasifikasi sekarang didasarkan pada hal yang lebih ilmiah, yaitu proses
ekstraksi. Bila ekstraksi ion logam berlangsung, maka proses ekstraksi berlangsung
dengan mekanisme tertentu. Berarti jika ekstraksi berlangsung melalui
pembentukan khelat atau struktur cincin, ekstraksi dapat diklasifikasikan
sebagai ekstraksi khelat. Misalkan ekstraksi uranium dengan 8-hidrosikuinilin
pada kloroform atau ekstraksi besi dengan cupferron pada pelarut yang sama.[3]
Banyak
pemisahan penting ion logam telah dikembangkan yang pada pembentukan senyawaan
kelat dengan aneka reagensia organik, contoh, perhatikan reagensia 8-kuinolinol
(8-hidroksikuinolina) yang dirujuk dengan nama trivialnya, "oksina,
Reagensia ini membentuk molekul yang netral, tak-larut dalam air, larutan
kloroform atau karbon tetraklorida dengan ion logam; senyawan kelat .
Gambar 1. Kelat Cu dengan oksina
Jika oksina kita singkat
sebagai HOx, dapatlah kita tulis reaksi sebagai :
Cu2+ + 2HOx Cu(Ox)2
+ 2H
Suatu zat pengkelat
lain yang sangat penting untuk ekstraksi pelarut dari ion logam adalah
difeniltiokarbazon atau "ditizon"
. Ditizon dan kelat
logamnya sangat tak-dapat larut dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut
semacam kloroform dan karbon letraklorida. Larutan reagensia itu sendiri adalah
hijau tua, semenlara kompleks logam adalah violet tua, merah, jingga, kuning
atau warna lain bergantung pada ion logamnya, logam yang membentuk ditizonat
antara lain Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Pd, Ag, Cd, In, Sn, dan Pb. Konsentrasi
kelat dalam ekstrak itu normalnya ditetapkan secara spektrofotometris.
Golongan ekstraksi berikutnya dikenal sebagai ekstraksi
melalui solvasi sebab spesies ekstraksi disolvasi ke fase organik. Contoh
dari golongan ini adalah ekstraksi besi (III) dari asam hidroklorida dengan
dietileter atau ekstraksi uranium dari media asam nitrat dengan tributilfosfat.
Kedua ekstraksi tersebut dimungkinkan akibat solvasi spesies logam ke fase
organik.[4]
Umumnya,
garam logam yang sederhana cenderung menjadi lebih dapat larut dalam pelarut
yang sangat polar seperti air daripada dalam pelarut organik yang tetapan
dielektriknya jauh lebih rendah. Banyak ion disolvasikan oleh air, dan energi
solvasi itu disumbangkan untuk merusak kisi kristal garam. Lagi pula dibutuhkan
kerja yang lebih kecil untuk memisahkan ion-ion yang muatannya berlawanan dalam
pelarut dielektrik tinggi. Kemudian, biasanya diperlukan terbentuknya suatu
spesies yang tak bermuatan jika suatu ion harus diekstrak dari dalam air ke
dalam suatu pelarut organik. Telah kita saksikan suatu contoh hal ini dalam
ekstraksi logam yang dirubah menjadi senyawaan kelat 8-quinolinol netral. Ion
logam terikat dalam senyawaan kelat itu oleh ikatan kimia tertentu, yang
seringkali sebagian besar karakternya kovalen.
Sebaliknya kadang-kadang, suatu spesies tak bermuatan yang dapat di-eksjrak
ke dalam suatu pelarut organik diperoleh lewat asosiasi ion-ion yang muatannya
berlawanan. Memang harus diakui bahwa sukar untuk membedakan antara pasangan
ion dan suatu molekul netral. Agaknya jika komponen-komponen-nya tetap
bersama-sama di dalam air, spesies itu akan disebut suatu molekul; jika
komponen itu cukup dipisahkan oleh air sehingga tak dapat dideteksi sebagai
suatu kesatuan, maka entitas itu akan disebut suatu pasangan ion jika memang
muncul demikian dalam suatu pelarut takpolar.
Suatu
contoh yang lazim dari suatu sistem ekstraksi yang melibatkan
pembentukan pasangan ion dalam fasa organiknya dijumpai dalam penggunaan
tetraphenilarsonium kloirida untuk mengekstrak permanganat, perrenat, dan
perteknetat dari air ke dalam kloroform. Spesies yang berpindah ke dalam fase
organik adalah suatu pasangan ion, [(C6H5)4As+,J.
Serupa pula ekstraksi ion uranil, UO]+, dari dalam larutan nitrat
berair ke dalam pelarut seperti eter (sebuah proses penting dalam kimia
uranium) melibatkan suatu asosiasi dari [UO2+, 2NO]. Diduga bahwa
ion uranil disolvasi baik oleh eter maupun oleh air, suatu fakta yang tak
diragukan lagi mempermudah penembusan fasa organik oleh suatu pasangan ion yang
kemudian menyesuaikan diri lebih ke karakter dari pelarut itu.
Golongan ekstraksi ketiga adalah proses yang
melibatkan pembentukan pasangan ion. Ekstraksi berlangsung melalui pembentukan
spesies netral yang tidak bermuatan diekstraksi ke fase organic. Contoh yang
terbaik dari golongan ini adalah ekstraksi scandium dengan triotilamin atau uranium
dengn trioktilamin. Dalam hal ini pasangan ion terbentuk antara Sc atau U dalam
asam mineral bersama-sama dengan amina berberat molekul tinggi.[5]
Sedangkan kategori terakhir merupakan ekstraksi
sinergis. Nama yang digunakan menyatakan adanya efek saling memperkuat yang
berakibat penambahan ekstraksi dengan memanfaatkan pelarut pengekstraksi.
Misalkan ekstraksi Uranium dengan Tributilfosfat (TBP) bersama-sama dengan
2-thenoyltrifluoroaseton (TTA). Walaupun TBP maupun TTA masing-masing dapat
mengekstraksi Uranium namun jika kita menggunakan campuran dari dua
pengekstraksi tersebut, kita mendapatkan kenaikan pada hasil ekstarksi. Karena
itulah ekstraksi jenis ini disebut sbagai ekstaraksi sinergis.[6]
Pelarut organic yang dipilih untuk ekstraksi pelarut
adalah mempunyai kelarutan yang rendah dalam air (< 10%), dapat menguap
sehingga memudahkan penghilangan pelarut organic setelah dilakukan ekstraksi,
dan mempunyai kemurnian yang tinggi untuk meminimalkan adanya kontaminasi
sampel. Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan ekstraksi pelarut
yaitu terbentuknya emulsi, analit terikat kuat pada partikulat, analit terserap
oleh partikulat yng mungkin ada, analit terikat pada senyawa yang mempunyai
berat molekul tinggi, dan adanya kelarutan analit secara bersama-sama dalam
kedua fase. Terjadinya emulsi merupakan hal yang sering dijumpai. Oleh karena
itu, jika emulsi antara kedua fase ini tidak dirusak maka recovery yang
diperoleh kurang bagus. Emulsi dapat dipecah dengan cara:[7]
1. 1. Penambahan garam ke dalam fase air
(salting out)
2. 2. Pemanasan atau pendinginan corong pisah
yang digunakan
3. 3. Penyaringan melalui glass-wood
4. 4. Penyaringan dengan menggunakan kertas
saring
5. 5. Penambahan sedikit pelarut organic yang
berbeda
6. 6. Sentrifugasi
Jika
senyawa-senyawa yang akan dilakukan ekstraksi pelarut berasal dari plasma maka
ada kemungkinan senyawa tersebut terikat pada protein sehingga recovery yang dihasilkan rendah. Teknik
yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang terikata pada protein
meliputi:[8]
1. Penambahan detergen
2. Penambahan pelarut organic yang lain
3. Penambahan asam kuat
4. Pengenceran air
5. Penggantian dengan senyawa yang mampu
mengikat lebih kuat
2.3 Macam-macam Metode
Ekstraksi
Teknik ekstraksi dapat dibedakan menjadi tiga cara
yaitu ekstraksi bertahap (batch-extraction
= ekstraksi sederhana), ekstraksi kontinyu (ekstraksi samapi habis), dan
ekstraksi arah berlawanan (counter
current extraction). Ekstraksi
bertahap merupakan cara yang paling sederhana. Caranya cukup dengan
menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut semula
kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi zat
yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah ini tercapai lapisan
didiamkan dan dipisahkan. Ekstraksi
kontinyu digunakan bila perbandingan distribusi relaitf kecil sehingga
untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi. Efesiensi
yang tinggi pada ekstraksi tergantung pada viskositas fase dan factor-faktor
lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya suatu kesetimbangan, salah satu
diantaranya adalah dengan menggunakan luas kontak yang besar. Ekstraksi
kontinyu counter current, fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang
berlawanan dengan larutan yang mengandung zt yang akan diekstraksi. Biasanya
digunakan untuk pemisahan zat, isolasi atau pemurnian. Sangat penting untuk
fraksionasi senyawa orgnik tetapi kurang bermanfaat untuk senyawa-senyawa
an-organik.[9]
Disamping itu, terdapat macam-macam pembagian
ekstraksi yang dihimpun dari beberapa referensi. Adapun macam-macamnya adalah
ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair, ekstraksi fase padat, dan ekstraksi
asam basa. Adapun penjelasannya sebagai berikut:[10]
1. Ekstraksi padat cair (ekstraksi soxhlet)[11]
Adalah transfer difusi
komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya atau digunakan untuk
memisahkan analit yang terdapat pada padatan menggunakan pelarut organic.
Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik, karena komponen terlarut
kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi.
Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat
larut dalam solven pengekstraksi. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan
terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga di iris-iris
menjadi bagian-bagian yang tipis. Kemudian padatan yang telah halus di bungkus
dengan kertas saring dan dimasukkan kedalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut
organic dimasukkan ke dalam labu godog. Kemudian peralatan ekstraksi di rangkai
dengan pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organic
sampai semua analit terekstrak.
Gambar 2. Instrumen dalam
Ekstraksi Soxhlet
2. Ekstraksi Cair-Cair[12]
Merupakan metode
pemisahan yang baik karena pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat makro
dan mikro. Dan yang menjadi pokok pembahasan dalam ekstraksi cair-cair ini
adalah kedua fasa yang dipisahkan merupakan cairan yang tidak saling tercampur.
Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tetentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzene dan
kloroform. Ekstraksi cair-cair digunakan sebagai cara untuk praperlakuan sampel
atau clean-up sampel untuk memisahkan
analit-analit dari komponen-komponen matriks yang mungkin menganggu pada saat
kuantifikasi atau deteksi analit. Kebanyakan prosedur ekstraksi cair-cair
melibatkan ekstraksi analit dari fasa air kedalam pelarut organic yang bersifat
non-polar atau agak polar seperti n-heksana, metil benzene atau diklorometana.
Meskipun demikian, proses sebaliknya juga mungkin terjadi. Analit-analit yang
mudah tereksitasi dalam pelarut organic adalah molekul-molekul netral yang
berikatan secara kovalen dengan konstituen yang bersifat non-polar atau agak
polar.
Gambar 3. Corong pemisah, digunakan ekstraksi cair-cair
3. Ekstraksi Fase Padat (Solid Phase Extraction)[13]
Jika
dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair, SPE merupakan teknik yang relative
baru, akan tetapi SPE cepat berkembang sebagai alat yang utama untuk
praperlakuan sampel atau untuk clean-up sampel-sampel
kotor, misalnya sampel-sampel yang mempunyai kandungan matriks yang tinggi
seperti garam-garam, protein, polimer, resin dan lain-lain. Keunggulan SPE
dibandingkan dengan ekstraksi cair-cair adalah:[14]
·
Proses
ekstraksi lebih sempurna
·
Pemisahan
analit dari pengganggu yang mungkin ada menjadi lebih efesien
·
Mengurangi
pelarut organic yang digunakan
·
Fraksi
analit yang diperoleh lebih mudah dikumpulkan
·
Mampu
menhilangkan partikulat
·
Lebih
mudah diatomatisasi
Sementara itu kerugian SPE adalah
banyaknya jenis cartridge (berisi
penyerap tertentu) yang beredar dipasaran sehingga reprodusibilitas hasil
bervariasi jika menggunakan cartridge yang
berbeda dan juga adanya adsorbs yang bolak balik pada cartridge SPE.
4. Ekstraksi asam basa
Merupakan
ekstraksi yang didasarkan pada sifat kelarutannya. Senyawa atau basa
direaksikan dengan pereaksi asam atau basa sehingga terbentuk garam. Garam ini
larut dalam air tetapi tidak larut dalam senyawa organic.[15]
Salah
satu teknik yang paling penting dalam kimia analitik adalah titrasi, yaitu
penambahan secara cermat volume suatu larutan yang mengandung zat A yang
konsentrasinya diketahui, kepada larutan kedua yang konsentrasinya belum
diketahui, yang akan mengakibatkan reaksi antara keduanya secara kuantitatif.
Selesainya reaksi yaitu pada titik akhir ditandai dengan semacam perubahan
sifat fisis, misalnya warna campuran yang berekasi. Titik akhir dapat dideteksi
dalam campuran reaksi yang tidak berwarna dengan menambahkan zat terlarut yang
dinamakan indicator, yang mengubah warna pada titik akhir.[16]
2.4 Koefisien
Distribusi
Bila suatu zat terlarut membagi antara dua ciran
yang tidak dapat campur , ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat
terlarut dalam dua fasa. Nerst pertama kali memberikan pernyataan yang jelas
mengenai hukum distribusi (1981), ia menunjukan bahwa suatu zat terlarut akan
membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah pada suatu
temperature tertentu sebagai berikut:[17]
[A]1 menyatakan konsentrasi zat terlarut A dalam fase
cair 1. Meskipun hubungan ini berlaku cukup baik dalam kasus-kasus tertentu,
pada kenyataannya hubungan ini tidak eksak. Yang benar dalam pengertian
termodinamika, angka banding aktifitas bukannya rasio konsentrasi yang
seharusnya konstanta. Aktivitas suatu spesies kimia dalam satu fase memelihara
suatu rasio konstan terhadap aktifitas spesies itu dalam fase cair yang lain:[18]
Dimana aA1 menyatakan aktivitas zat terlarut A dalam fase 1.
Tetapan sejati kDA disebut koefisien distribusi dari spesies A.
dalam perhitungan kira-kira yang memadai untuk banyak maksud dapatlah
konsentrasi bukannya aktivitas digunakan dalam problem yang melibatkan nilai kD[19]
Kadang-kadang
perlu atau disukai untuk memperhitungkan kompleks kimiawi dalam kesetimbangan
ekstraksi. Misalnya, perhatikan distribusi as benzoat antara dua fase cair
benzena dan air. Dalam fase air, asam benzoate terionisasi sebagian,
HBz + H2O → H3O+
+ Bz-
Dalam fase benzena, asam benzoat
terdimerisasi sebagian oleh pengikatan
dalam gugus karboksil,
Gambar 4. Dimerisasi asam
benzoat
Tiap spesies khusus, HBz, Bz-‑
, (HBz)2, rumus akan mempunyai nilai kd
sendiri yang khusus. Maka sistem air, benzena, dan asam benzoat dapat diberikan oleh tiga
koefesien distribusi. Ternyata kebetulan bahwa ion benzoat hampir keseluruhannya
tetap berada dalam fase berair, dan dimer asam benzoat hanya dalam fase
organik. Lagi pula, dalam eksperimen yang praktis, biasanya ahli kimia itu
ingin mengetahui di mana "asam benzoat" itu berada, tak peduli apakah
asam itu terionkan atau terdimerkan. Juga ia lebih berminat tentang banyaknya
daripada tentang aktivitas termodinamiknya. Maka ia akan dilayani dengan lebih
baik oleh suatu rumus yang menggabungkan kosentrasi semua spesies dalam kedua
fase itu.
Angka banding D disebut rasio distribusi.
Jelas bahwa D tak akan tetap konstan
sepanjang jangka kondisi eksperimen. Misalnya, dengan naiknya pH fase berair D akan turun karena asam
benzoat diubah menjadi ion benzoat, yang tak terekstrak ke dalam bezena.
Penambahan elektrolit apa saja dapat mempengaruhi D dengan mengubah
koefesien aktivitas. Tetapi, rasio distribusi berguna bila nilainya diketahui
untuk seperangkat tertentu kondisi.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Ekstraksi
merupakan proses pemisahan, penarikan atau pengeluaran suatu komponen
cairan/campuran dari campurannya.
Klasifikasi
ekstraksi berdasarkan sifat zat yang diekstraksi terdiri atas 4 yaitu:
n Ekstraksi khelat
n Ekstraksi
solvasi
n Ekstraksi
pasangan ion
n Ekstraksi
sinergi
Berdasarkan
jenis sampel yang hendak diekstrak, pemisahan kimia menggunakan ekstraksi
dibedakan menjadi 4 yaitu:
1.
Ekstraksi
Padat-Cair
2.
Ekstraksi
Cair-Cair,
3.
Ekstraksi
Fase Padat
4.
Ekstraksi
Asam Basa
Teknik ekstraksi dapat
dibedakan menjadi tiga cara yaitu:
a.
Ekstraksi
bertahap (batch-extraction =
ekstraksi sederhana),
b.
Ekstraksi
kontinyu (ekstraksi samapi habis), dan
c.
Ekstraksi
arah berlawanan (counter current
extraction)
Beberapa masalah sering dijumpai ketika melakukan
ekstraksi pelarut yaitu terbentuknya emulsi. Emulsi dapat dipecah dengan cara:
7. Penambahan garam ke dalam fase air
(salting out)
8. Pemanasan atau pendinginan corong pisah
yang digunakan
9. Penyaringan melalui glass-wood
10. Penyaringan dengan menggunakan kertas
saring
11. Penambahan sedikit pelarut organic yang
berbeda
12. Sentrifugasi
Teknik
yang dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang terikat pada protein
meliputi:[20]
6. Penambahan detergen
7. Penambahan pelarut organic yang lain
8. Penambahan asam kuat
9. Pengenceran air
10. Penggantian dengan senyawa yang mampu
mengikat lebih kuat
Untuk memilih jenis pelarut yang sesuai harus diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut :
1.
Pembanding distribusi tinggi
untuk gugus yang bersangkutan dan pembanding distribusi rendah untuk gugus
pengotor lainnya
2.
Kelarutan rendah dalam air
3. Kekentalan rendah dan tidak membentuk emulsi dengan air
4. Tidak mudah terbakar dan tidak bersifat racun
5. Mudah melepas kembali gugus yang terlarut didalamnya untu
keperluan analisa lebih lanjut.
Bila suatu zat terlarut membagi antara dua ciran
yang tidak dapat campur , ada suatu hubungan yang pasti antara konsentrasi zat
terlarut dalam dua fasa. Nerst pertama kali memberikan pernyataan yang jelas
mengenai hukum distribusi (1981), ia menunjukan bahwa suatu zat terlarut akan
membagi dirinya antara dua cairan yang tak dapat campur sedemikian rupa
sehingga angka banding konsentrasi pada kesetimbangan adalah pada suatu
temperature tertentu sebagai berikut:
DAFTAR PUSTAKA
Day. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif . Jakarta: Erlangga
Khamidinal. 2009.
Teknik
Laboratorium Kimia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Khopkar,
S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta:
UI Press
Oxtoby
, David. 2001. Kimia Modern Edisi Ke
Empat Jilid I. Jakarta: Erlangga
Rohman,
Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sri Mulyani. 2005.
Kimia
Fisika II. Malang: UM Press
[1] David Oxtoby, Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I (Jakarta: Erlangga, 2001), hal 340.
[2] Sri Mulyani, Kimia Fisika II (Malang: UM Press, 2005), hal 22
[3] S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI Press, 1990),hal 86
[4] Ibid, hal 87
[5] Ibid, hal 87
[6] Ibid, hal 87
[7] Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 49-50
[8] Ibid, hal 50
[9] S.M. Khopkar, Konsep Dasar Kimia Analitik (Jakarta: UI Press, 1990),hal 101-102
[10] Di ambil dari beberapa referensi
[11] Khamidinal, Teknik Laboratorium Kimia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal 139-140
[12] Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 46
[13]Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 52
[14] Ibid, hal 52
[15]Abdul Rohman, Kimia Farmasi Analisis (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hal 50
[16] David Oxtoby, Kimia Modern Edisi Ke Empat Jilid I (Jakarta: Erlangga, 2001), hal 161
[17] Day, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 457
[18] Ibid, hal 458
[19] Day, Analisis Kimia Kuantitatif (Jakarta: Erlangga, 2002), hal 458
[20] Ibid, hal 50
0 komentar:
Posting Komentar