BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATARBELAKANG
Kromatografi digunakan untuk
memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk
kromatografi berkerja berdasarkan prinsip ini. Semua kromatografi memiliki fase
diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak
(berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa
komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Komponen-komponen yang berbeda
bergerak pada laju yang berbeda.Kita akan membahasnya lebih lanjut.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau
alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang
keras.
Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi
lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour
dalam sinar ultra violet, alasannya akan dibahas selanjutnya. Fase gerak
merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Kromatografi ini mirip dengan kromatograafi kertas, hanya bedanya kertas digantikan dengan lembaran kaca tau plastik yang dilapisi dengan lapisan tipis adsorben seperti alumina, silike gel, selulosa atau materi lainnya. Lapisan tipis adsorben pada proses pemisahan berlaku sebagai fasa diam. Kromatografi lapis tipis lebih bersifat reproduksibel ( bersifat boleh diulang) dari pada kromatografi kertas. Sebagai fasa diam dalam KLT berupa serbuk halus dengan ukuran 5 – 50 mikrometer. Serbuk halus ini dapat berupa adsorben penukar ion. Bahan adsorben sebagai fasa diam dapat digunakan gel, alumina, dan serbuk selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidrosil dipermukaannya yang akan membentuk ikatan hydrogen dengan molekul – molekul pokar.
Untuk membuat lapisan tipis pada KLT perlu dibuat bubur (slurry) ber air dari serbuk halus tadi. Zat pengikat dapat menggunakan gips, barium sulfat, polivenil alcohol atau kanji perlu ditambahkan, untuk membantu peletakan lapisan tipis pada penyangga. Bubuk halus ini kemudian ditebarkan pada papan penyangga (kaca, plastik atau aluminium), secara merata sehingga diperoleh ketebalan lapisan 0,1 – 0,3 mm. lapisan tipis adsorben diaktifkan dengan pengeringan didalam oven pada suhu 100 oC selama beberapa jam.
1.2 RUMUSAN MASALAH
I.
1. Apa definisi
kromatografi lapis tipis secara umum
II.
2. Bagaimana
pelaksanaan kromatografi lapis tipis dalam aplikasinya
III.
3. Bagaimana cara
menentukan jarak tempuh suatu sampel
1.3 TUJUAN
I.
1.Untuk mengetahui
definisi umum dari kromatografi lapis tipis
II.
2. Untuk mengetahui
cara kerja dan aplikasi dari kromatografi lapis tipis
III.
3. Untuk menentukan
jarak tempuh dari sampel dalam percobaan
BAB
II
PEMBAHASAN TEORI
I.
2.1 PENGERTIAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Kromatografi
Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa
murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap
maupun cuplikannya.
KLT
dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk
kromatografi kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom,
identifikasi senyawa secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala
kecil.
Pelarut
yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis.
Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi
dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sulfat.
Data yang diperoleh
dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai Rf
untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf dari senyawa standar.
Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari
titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh
karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0
Kromatografi adalah Suatu metoda untuk separasi yang menyangkut komponen suatu contoh di mana komponen dibagi-bagikan antara dua tahap, salah satu yang mana adalah keperluan selagi gerak yang lain . Di dalam gas chromatography adalah gas mengangsur suatu cairan atau tahap keperluan padat. Di dalam cairan chromatography adalah campuran cairan pindah gerakkan melalui cairan yang lain , suatu padat, atau suatu 'gel' agar. Mekanisme separasi komponen mungkin adalah adsorpsi, daya larut diferensial, ion-exchange, penyebaran/perembesan, atau mekanisme lain (David. 2001)
Adsorpsi Chromatography telah membantu untuk menandai komposisi kelompok minyak mentah dan produk hidrokarbon sejak permulaan abad ini. Jenis dan sanak keluarga jumlah kelas hidrokarbon tertentu di (dalam) acuan/matriks dapat telah a efek dalam pada atas pencapaian dan mutu dari produk hidrokarbon dan dua orang metoda test standard telah digunakan sebagian besar dari tahun ke tahun ( ASTM D2007, ASTM D4124). adsorpsi indikator Yang berpijar ( FIA) metoda ( ASTM D1319) telah melayani untuk di atas 30 tahun sebagai metoda pejabat dari minyak tanah industri untuk mengukur yang mengandung parafin, olefinic, dan isi bahan bakar pancaran dan bensin berbau harum. Teknik terdiri dari dalam pemindahan a mencicip di bawah iso-propanol memaksa melalui suatu kolom tanah kerikil 'gel' agar-agar ramai; sesak di (dalam) kehadiran tentang indikator berpijar dikhususkan untuk masing-masing keluarga hidrokarbon. Di samping penggunaan tersebar luas nya, adsorpsi indikator berpijar mempunyai banyak ( Speight, 2006)
Penentuan jumlah komponen senyawa dapat dideteksi dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan plat KLT yang sudah siap pakai. Terjadinya pemisahan komponen-komponen pada KLT dengan Rf tertentu dapat dijadikan sebagai panduan untuk memisahkan komponen kimia tersebut dengan menggunakan kolom kromatografi dan sebagai fasa diam dapat digunakan silika gel dan eluen yang digunakan berdasarkan basil yang diperoleh dari KLT dan akan lebih baik kalau kepolaraan eluen pada kolom kromatografi sedikit dibawah kepolaran eluen pada KLT (Lenny, 2006)
Pada hakikatnya KLT merupakan metoda kromatografi cair yang melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa geraknya berupa campuran pelarut pengembang dan fasa diamnya dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penyerap (kromatografi cair-padat) atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair (kromatografi cair-cair). Fasa diam pada KLT sering disebut penyerap walaupun berfungsi sebagai penyangga untuk zat cair di dalam sistem kromatografi cair-cair. Hampir segala macam serbuk dapat dipakai sebagai penyerap pada KLT, contohnya silika gel (asam silikat), alumina (aluminium oksida), kiselgur (tanah diatomae) dan selulosa. Silika gel merupakan penyerap paling banyak dipakai dalam KLT (Iskandar, 2007)
II.
2.2 PELAKSANAAN
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik yang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendarflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan gabungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang berwarna hijau dan kuning
a. Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna. Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis: Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Gambar menunjukkan lempengan
setalah pelarut bergerak setengah dari lempengan.
Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan
memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk
kombinasi tertentu dari pelarut dan fase diam.
b. Perhitungan nilai Rf
Jumlah
perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran diperoleh dari
lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Pengukuran
ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yang tempuh
oleh bercak warna masing-masing. Ketika pelarut mendekati bagian atas
lempengan, lempengan dipindahkan dari gelas kimia dan posisi pelarut ditandai
dengan sebuah garis, sebelum mengalami proses penguapan. Pengukuran berlangsung
sebagai berikut:
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Rf=jarak
yang ditempuh oleh komponen
jarak yang ditempuh oleh pelarut
Rf=jarak
yang ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut
Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis
awal, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen
berwarna merah menjadi:
Nilai Rf yang akan
diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai contoh, nilai Rf untuk
warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat perubahan (suhu, komposisi
pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan berubah.
c. mengidentifikasi senyawa-senyawa Dimisalkan campuran asam amino yang ingin
diketahui senyawanya.Caranya: Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar
lempengan lapis tipis dan bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang
telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan
diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut
yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Dalam gambar, campuran adalah M
dan asam amino yang telah diketahui ditandai 1-5.
Bagian kiri menunjukkan
lempengan setelah pelarut hampir mencapai bagian atas dari lempengan.
Bercak-bercak masih belum tampak. Gambar kedua menunjukkan apa yang terjadi
setelah lempengan disemprotkan ninhidrin. Tidak diperlukan menghitung nilai Rf
karena anda dengan mudah dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan
bercak dari asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya. Didapatkan
campuran mengandung asam amino 1, 4 dan 5
III.
2.3 MENGIDENTIFIKASI
SENYAWA-SENYAWA
Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawanya.Caranya :Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis danbercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditempatkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatkan pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya. Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinarultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar.Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berartibahwa menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yangberbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap.Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-po
IV.
2.4 KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS PADA SUBSTANSI TIDAK BERWARNA
a. Menggunakan pendarflour fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipun bercakercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti bahwa menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang gelap. Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-posisi dari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak itu. Seketika anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kembali.
b.Menggunakan bercak secara kimia Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang baik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino. Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin. Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umumnya coklat atau ungu.
Dalam metode lain, kromatogram
dikeringkan kembali dan kemudian ditempatkan pada wadah bertutup (seperti gelas
kimia dengan tutupan gelas arloji) bersama dengan kristal iodium. Uap iodium dalam wadah dapat
berekasi dengan bercak pada kromatogram, atau dapat dilekatkan lebih dekat pada
bercak daripada lempengan. Substansi yang dianalisis tampak sebagai
bercak-bercak kecoklatan.
V.
2.4 CARA KERJA
KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS
a.
Fase diam-jel silika Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika).
Atom silikon dihubungkan oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar.
Namun, pada permukaan jel silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi,
pada permukaan jel silika terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini
menunjukkan bagian kecil dari permukaan silika.
Permukaan gel silika sangat
polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan
senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals
dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah
alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus
-OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk
alumina.
b. Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
- Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
- Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Senyawa
yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat
dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals
yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senyawa
yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substansi
pada permukaan.
Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat larut dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merupakan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditarik pada larutan keluar dari permukaan silika. Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas lempengan.
Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat membantu dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.
VI.
2.5 BAGAIMANA KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS BERKERJA?
Gel
silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan
oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel
silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.
Permukaan jel silika sangat polar
dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa-senyawa
yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya gaya van der Waals dan atraksi
dipol-dipol..
Fase diam
lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium
pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel
silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.
Apa yang memisahkan senyawa-senyawa dalam
kromatogram?
Ketika
pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan
senyawa-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar.
Senyawa-senyawa akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana
halnya pergerakan pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, tergantung pada:
- Bagaimana kelarutan senyawa dalam pelarut. Hal ini bergantung pada bagaimana besar atraksi antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
- Bagaimana senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Hal ini tergantung pada bagaimana besar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Anggaplah
bercak awal mengandung dua senyawa, yang satu dapat membentuk ikatan hidrogen,
dan yang lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Waals yang
lemah.
Senyawa yang dapat membentuk
ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih kuat dibanding senyawa
lainnya. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat
dari senyawa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari
satu substansi pada permukaan.
Penjerapan bersifat tidak
permanen, terdapat pergerakan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada
permukaan jel silika dan yang kembali pada larutan dalam pelarut.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu
terlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara
waktu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu
berarti bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh
ke atas lempengan.
2.6 SAMPEL CAMPURAN SENYAWA ORGANIK
Sampel
yang biasanya berupa campuran senyawa organic diteteskan didekat salah satu
lempengan dalam bentuk larutan dengan jumlah kecil, biasanya beberapa
mikroliter berisi sejumlah microgram senyawa. Sebuah suntikan hipodemik atau
sebuah pipet gelas kecil dapat digunakan. Noda sample dikeringkan kemudian sisi
lempengan tersebut dicelupkan kedalam fase bergerak yang sesuai. Pelarut
organic naik disepanjang lapisan tipis zat padat diatas lempengan dan bersamaan
dengan pergerakan pelarut tersebut zat terlarut sample dibawa dengan laju yang
tergantung pada kelarutan zat terlarut tersebut dalam fasa bergerak dan
interaksinya dengan zat padat. Setelah garis depan pelarut bergerak sekitar
10cm, lempengan dikeringkan dan noda-noda zat terlarutnya diperiksa seperti
pada kromatografi kertas. Pemisahan dapat dikerok dari lempengan dengan
menggunakan spatula. Zat terlarutnya akan terelusi dari bahan padat
bersama-sama pelarutnya dan konsentrasi dari larutan ditentukan dengan suatu
teknik seperti spektrofotometri.
Sifat umum dari penyerap-penyerap untuk kromatografi lapis tipis adalah mirip dengan sifat-sifat penyerap untuk kromatografi kolom. Dua sifat yang penting untuk penyerap adalah besar partikel dan homogenitasnya karena adhesi terhadap penyokong sangat bergantung kepada mereka. Contoh penyerap yang digunakan untuk pemisahan-pemisahan dalam kromatografi lapis tipis ialah misalkan silica atau alumina. Silica gel kebanyakan digunakan dengan diberi pengkilat (binder) yang dimaksud untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan adalah kalsium sulfat, tetapi biasanya dalam perdagangan silica gel telah diberi pengikat. Silica ini digunakan untuk memisahkan asam amino, alkaloid, gula, asam, lemak, lipida, minyak essensial, anion dan kation organic, sterol dan terpenoid. Selain silica ada juga penyerap lainnya seperti alumina, bubuk selulosa, pati, dan sphadex.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kromatografi Lapis
Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi senyawa murninya dan
mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga merupakan analisis
cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya
yag dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidrofobik
seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas.
Pelaksanaan
kromatografi lapis tipis bisa digunakan dengan kromatogram atau perhitungan Rf
atau pengidentifikasian senyawa-senyawa. Pelaksanaan kromatografi biasanya
digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran dari beberapa
zat pewarna. Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran,
pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi
senyawa-senyawa yang muncul. Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda
dengan mudah dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari
asam amino yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya
Jika kromatografi lapis tipis yang akan dideteksi pada substansi tidak berwarna dilakukan dengan cara pendaflour dan bercak secara kimia. fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, Yusuf. 2007. Karakteristik Zat Metabolit Sekunder Dalam Ekstrak Bunga Krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) Sebagai Bahan Pembuatan Biopestisida.FMIPA. Semarang
Lide, David. 2001. Handbook of Chemistry And Physic. Copyright CRC Press LLC
Rudi,L. 2010. Penuntun Dasar-Dasar Pemisahan Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari
Sofia, Lenny. 2006. Isolasi dan Uji Bioaktifitas Kandungan Kimia Utama Puding Merah dengan Metoda Uji Brine Shrimp. USU Repository. Sumatera Utara
Khopkar,S.M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI press. Jakarta
Speight, James. G. 2006. The Chemistry and Technology of Petroleum. Taylor & Francis Group, LLC.
Sukarmin. 2004. Materi dan Perubahannya. Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan. Direktorat Jendral Dasar dan Menegah. Departemen Pendidikan Nasional
0 komentar:
Posting Komentar