IKLAN 1

Rabu, 10 Juni 2020

Kromatografi Penukar Ion (2)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik pemisahan tertentu.Biasanya digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang berwarna dan nama kromatografi diambil dari senyawa yang berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa-senyawa yang berwarna tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang diperuntukkan pada senyawa-senyawa yang tak berwarna termasuk gas.

Pada dasarnya semua cara krmatografi menggunakan dua fasa yaitu satu fasa tetap (stationary) dan yang lain fasa bergerak (mobile), pemisahan-pemisahan tergantung pada gerakkan relatif dari dua fasa. Cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat fasa tetap, yang dapat berupa zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut dikenal sebagai kromatografi serapan. Jika zat cair dikenal sebagai kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas maka terdapat empat macam kromatografi.

Kromatografi pertukaran ion merupakan metode kromatografi utama yang paling banyak digunakan dalam produksi makromolekul biologis. Dibandingkan dengan resin konvensional yang lain sehingga mampu meningkatkan efisiensi proses pemisahan. Media tentakel memberikan sejumlah manfaat seperti kapasitas tinggi pada tingkat laju tinggi, selektivitas tinggi, efisiensi tinggi, dan pemulihan tinggi. Keduanya mepertahankan aktivitas biologi selama pemurnian dan  mendapatkan hasil yang tinggi. Semua penukar ion menunjukkan kapasitas pengikat protein yang luar biasa pada tingkat laju tinggi dan menawarkan berbagai fitur yang bermanfaat untuk banyak proses produksi. 

Dalam makalah ini akan dibahas tentang kromatografi penukar ion. Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penyusun khususnya serta dengan adanya makalah ini dapat  menambah pengetahuan kita tentang kromatografi penukar ion.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari kromatografi penukar ion?

2.      Apa saja jenis resin kromatografi penukar ion?

3.      Apa faktor yang mempengaruhi keselektifan reaksi penukar ion?

4.      Bagaimana penerapan dari kromatografi penukar ion?

1.3  Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengertian kromatografi penukar ion.

2.      Untuk mengetahui jenis resin kromatografi penukar ion.

3.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi keselektifan reaksi penukar ion.

4.      Untuk mengetahui penerapan kromatografi penukar ion.


BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1 Pengertian Kromatografi Penukar ion

Metode kromatografi kebanyakan digunakan untuk pemisahan bahan organik, sedangkan kromatografi penukar ion sangat cocok untuk pemisahan ion-ion anorganik, baik itu kation-kation maupun anion-anion. Pemisahan terjadi karena pertukaran ion-ion dalam fasa diam. Kromatografi penukar ion juga terbukti sangat berguna untuk pemisahan asam-asam amino.

Fase diam dalam kromatografi penukar ion berupa manik-manik terbuat dari polimer polistirena yang terhubung silang dengan senyawa divinil benzena. Polimer dengan rantai hubung silang ini disebut resin, mempunyai gugus fenil bebas yang mudah mengalami reaksi adisi oleh gugus fungsi ionik (misalnya gugus sulfonat).

Dari pemaparan diatas kromatografi penukar ion dapat didefinisikan sebagai metode pemisahan yang didasarkan atas perbedaan muatan pada sampel baik yang bermuatan anion maupun kation.

Kebanyakan pemisahan kromatografi ion dilakukan dengan menggunakan media air karena sifat ionisasi. Dalam beberapa hal digunakan pelarut campuran misalnya air – alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak air, retensi puncak dipengarui oleh kadar garam total atau kekuatan ionik serta oleh PH fasa gerak menurunkan retensi solut. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion sampel bersaing dengan ion fase gerak untuk gugus penukar ion pada resin.

2.2 Jenis-jenis Resin Penukar ion

Resin penukar ion dapat digunakan dalam metode pemisahan atau pemekatan dengan menggunakan penukaran kesetaraan. Resin penukar ion merupakan polimer tinggi organik yang mengandung gugus-gugus fungsional ionik. Resin pada umumnya adalah polimer berupa butiran dengan berbagai ukuran. Butiran-butiran ini ditempatkan dalam tabung gelas yang cukup panjang sehingga menghasilkna kolom ion penukar yang didalamnya akan terjadi proses penukaran setara.

 Adapun sturuktur dan gambar resin penukar ion adalah sebagai berikut:

Adapun jenis-jenis resin penukar ion antara lain adalah sebagai berikut:

            2.2.1 Resin penukar kation

Resin penukar kation asam kuat mengandung gugus fungsi asam teradisi pada cincin aromatik dari resin. Penukar kation asam kuat mempunyai gugus asam sulfonat (- SO3H), yang bersifat asam kuat seperti asam sulfat. Penukar kation asam lemah mempunyai gugus fungsi karboksilat yang hanya terionisasi sebagian. Proton dari kedua jenis penukar kation dapat ditukar dengan kation-kation lain dengan persamaan sebagai berikut:

dimana Rz simbol dari resin. Kesetimbangan ini dapat diubah kekiri atau kekanan oleh penaikan [H+] atau [M+], atau penurunan salah satu diantaranya dengan memperhatikan banyaknya resin yang ada.

            Resin penukar kation biasanya tersedia dalam bentuk ion hidrogen, tetapi bentuk ini mudah diubah kedalam bentuk ion natrium, oleh perlakuan oleh garam dapur. Ion natrium ini kemudian mengalami pertukaran dengan kation lainnya. Pada prinsipnya resin penukar  kation dalam bentuk H+ dikocok dengan larutan NaCl. Pengocokan beberapa lama, hingga tercapai kesetimbangan, menurut reaksi:

Agar reaksi berlangsung kekanan, maka harus ditambah resin dalam jumlah berlebih.

            Kapasitas resin penukar ion ialah angka yang menyatakan banyaknya ion yang dapat dipertukarkan oleh setiap gram resin kering atau setiap ml resin basah. Dan dinyatakan dalam mek/gram resin kering atau mek/ml resin basah. Kapasitas penukar ion berpengaruh terhadap retensi solut dan pertukar dengan kapasitas tinggi lebih sering digunakan untk pemisahan campuran kompleks dimana kenaikan retensi meningkatkan resolusi.

            Penggunaan resin penukar kation asam lemah lebih dibatasi dalam rentang pH, yaitu pada pH 5 sampai dengan 14. Sebaliknya resin penukar kation asam kuat dapat digunakan pada pH 1 samapai dengan 14. Pada harga pH rendah, pertukar  kation asam lemah akan terikat kuat pada proton untuk terjadinya pertukaran. Demikian juga penukar kation asam lemah tidak akan dapat sempurna melepaskan kation dari basa sangat lemah.

2.2.2 Resin Penukar Anion

            Prinsip dasar resin penukar anion ialah dapat ditukarkannya anion hidroksil oleh anion lain yang terjadi pada resin penukar ion. Ada dua jenis resin penukar anion yaitu resin yang memiliki gugus basa kuat (gugus amonium kuarterner) dan resin yang memiliki gugus basa lemah (gugus anion). Reaksi pertukaran dapat dinyatakan sebagai berikut:

dimana R merupakan gugus organik,biasanya metil.

            Penukar basa kuat dapat digunakan diatas rentang pH 0 sampai dengan 12, sedangkan resin penukar basa lemah hanya diatas rentang pH 0 sampai dengan 9. Golongan penukar basa lemah tidak akan melepaskan asam yang sangat lemah, tetapi akan lebih disukai untuk asam kuat yang mungkin tertahan oleh resin basa kuat seperti sulfonat.

2.3 Keselektifan Reaksi Penukar Ion

Proses penukaran ion di dalam suatu resin adalah proses yang reversibel,yang akhirnya dapat tercapai keadaan kesetimbangan.Reaksi secara umum bisa dituliskan sebagai berikut.

          

Sampai seberapa jauh suatu ion ditahan lebih kuat dari ion lain oleh resin penukar ion merupakan suatu hal yang sangat penting. Dari perbedaan itu akan dapat menentukan apakah dua zat atau lebih yang menghasilkan ion-ion bertanda muatan sama dengan mudah dipisahkan satu sama lain, dan apakah ion itu mudah dilepas lagi oleh resin atau tidak. Beberapa faktor yang menentukan keselektifan distribusi ion antara resin penukar ion dan suatu larutan adalah sifat dari ion yang saling ditukarkan, dan sifat dari resin penukar ion yang dipakai.

2.4 Penerapan kromatografi penukar ion

            a. Penerapan pada senyawa anorganik

Pertama kali ditemukan, kromatografi penukar ion digunakan untuk analisis senyawa-senyawa anorganik pada tahun 1940-an dan 1950-an dengan keberhasilannya seperti pemisahan ion-ion alkali tanah dan isotop-isotop yang sebelumnya sukar atau tidak mungkin. Ketika kromatografi penukar ion dianggap sebagai alat pemisahan yang potensial, penggunaanya yang luas untuk menentukan senyawa-senyawa anorganik dihambat oleh kurangnya detektor yang baik dan umum untuk penentuan kuantitatif ion-ion atas dasar luas peak kromatografi. Detektor konduktifitas jelas merupakan suatu pilihan untuk pekerjaan ini. Detektor ini sangat sensitif, universal untuk molekul-molekul yang bermuatan dan secara umum detektor ini memberikan respon terhadap perubahan konsentrasi. Selain itu, detektor ini sederhana, murah untuk dibuat dan dirawat dan tahan lama. Sayangnya, kekurangan detektor ini dianggap serius menyebabkan detektor ini ditunda penggunaannya hingga tahun 1970-an. Kendalanya disebabkan oleh elektrolit berkonsentrasi tinggi dari fasa gerak untuk mengelusikan semua ion-ion analit dalam waktu yang cepat. Akibatnya, konduktivitas yang berasal dari komponen fasa gerak cenderung melampaui konduktivitas ion-ion analit, jadi menurunkan sensitivitas detektor.

Pada tahun 1975, masalah eluen dengan konduktivitas tinggi diselesaikan dengan menambahkan kolom tambahan yang disebut kolom supresor eluen setelah kolom penukar ion. Kolom supresor dipak dengan resin penukar ion yang berbeda untuk mengubah ion-ion pelarut menjadi molekul yang kurang terionisasi dengan tanpa mempengaruhi ion-ion analit. Contohnya, untuk pemisahan dan penentuan kation maka asam klorida dipilih sebagai eluen dan kolom supresornya untuk menangkap ion Cl- digunakan resin penukar anion dalam bentuk hidroksida. Hasil reaksi dalam kolom supresor adalah air.

            b. Penerapan pada senyawa organik dan biokimia

Kromatografi penukar ion telah diterapkan pula pada berbagai jenis sistem organik dan biokimia termasuk obat dan metabolitnya,serum,pengawet makanan,campuran vitamin,gula, dan bahan farmasi. Contoh pemisahan 17 asam amino pada kolom penukar kation.


BAB III

KESIMPULAN

Kromatografi penukar ion dapat didefinisikan sebagai metode pemisahan yang didasarkan atas perbedaan muatan pada sampel baik yang bermuatan anion maupun kation.  Selain itu terdapat macam-macam resin yaitu resin penukar kation asam kuat, resin penukar kation asam lemah, resin penukar anion basa kuat dan resin penukar anion basa lemah.

Resin penukar kation asam kuat mengandung gugus fungsi asam teradisi pada cincin aromatik dari resin. Penukar kation asam kuat mempunyai gugus asam sulfonat (- SO3H), yang bersifat asam kuat seperti asam sulfat. Penukar kation asam lemah mempunyai gugus fungsi karboksilat yang hanya terionisasi sebagian.Resin yang memiliki gugus basa kuat (gugus amonium kuarterner) dan resin yang memiliki gugus basa lemah (gugus anion).

Beberapa faktor yang menentukan keselektifan distribusi ion antara resin penukar ion dan suatu larutan adalah sifat dari ion yang saling ditukarkan, dan sifat dari resin penukar ion yang dipakai.

Kromatofrafi penukar ion ini dapat diterapkan dalam penerapan pada senyawa anorganik dan penerapan pada senyawa organik dan biokimia.

 

DAFTAR PUSTAKA

Hendayana, S. 2006 . Kimia Pemisahan . Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Rohman, A. 2010 . Kimia Farmasi Analisis . Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Sastrohamidjojo, H . 2007 . Kromatografi . Yogyakarta : Liberty Yogyakarta

Soebagio . 2005 . Kimia Analitik II . Malang : UM Press


0 komentar:

Posting Komentar