IKLAN 1

Rabu, 28 Juli 2021

Materi Sejarah Peminatan Kelas XII IIS: Respon Internasional terhadap proklamasi kemerdekaan; Dukungan bangsa Palestina dan Pengakuan Mesir Terhadap kemerdekaan RI

Tugas: Bacalah, Pahami dan catatlah dalam buku catatan. Kemudian berikanlah nama dan kelas pada catatan. Lalu foto dan upload pada link berikut:

=> Link Daftar Hadir dan Upload foto catatan Klik Disini

A. Dukungan Bangsa Palestina

Pengakuan kedaulatan atau kemerdekaan yang dibutuhkan Negara Indonesia untuk pertama kalinya bukan datang dari sebuah negara merdeka, melainkan datang bangsa yang juga sedang bergejolah menentang penjajahan. Bangsa tersebut ialah bangsa palestina yang sedang menentang koloniais Inggris dan Zionis Israel yang berusaha menguasai kota Al Quds.

Dukungan rakyat palestina ini disuarakan oleh Muhammad Amin Al-Husaini, seorang ulama’, Mujahid, dan sebagai Mufti Besar Palestina. Muhammad Amin Al-Husaini menyampaikan ucapan “selamat” atas kemerdekaan bangsa Indonesia tepat pada tanggal 06 September 1944 di Berlin, Jerman kepada “alam islami”. Ucapan itu terjadi sehari sebelum perdana menteri Jepang Koiso yang pasukannya menguasai Indonesia menjajikan kemerdekaan Bangsa Indonesia yang dikenal sebagai “Janji September”.

“Ucapan Selamat” dari beliau kemudian disiarkan oleh Radio Berlin yang berbahasa arab selama dua hari berturut-turut. Berita yang semula disiarkan oleh radio Berlin, kemudian juga disebarluaskan oleh harian ”Al-ahram” yang terkenal akan ketelitian dan kevalidasiannya.

Syekh Muhammad Amin Al-Husaini juga mendesak agar negara-negara Timur Tengah mendukung dan mengakui kemerdekaan Indonesia sehingga berhasil meyakinkan Mesir, diikuti oleh Suriah, Irak, Lebanon, Yaman, Arab Saudi, dan Afganistan untuk mengakui kedaulatan Indonesia.

Pengakuan Kemerdekaan Indonesia yang dilakukan bangsa Palestina tidak hanya bersifat moril, tetapi juga bersifat materil. Hal ini dibuktikan dengan sumbangan keuangan yang diberikan oleh salah saudagar dan pemimpin Palestina saat itu yang bernama Muahamad Ali Taher. Beliau memberikan bantuan keuangan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Bantuan tersebut diberikan langsung kepada M. Zein Hassan Ketua Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia sekitar Desember 1948 saat awal terjadinya agresi Militer II di Indonesia.

 

B. Pengakuan Mesir Terhadap kemerdekaan RI

Mesir secara de facto mengakui kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946. Dukungan ini muncul setelah lobi dari diplomat RI di Ibu Kota Kairo beberapa bulan setelah Soekarno mengkonsolidasikan kabinet. Tak sekadar mengakui, Mesir pula yang meyakinkan Suriah, Irak, Qatar, serta Kerajaan Arab Saudi untuk mendukung kemerdekaan Indonesia.

Mesir mengakui kedaulatan negara RI secara de jure pada  tanggal 10 Juni 1947, dengan menunjuk H.M Rasjidi sebagai kuasa usaha RI, serta membuka Kedutaan Besar di Kairo. Hubungan republik dengan Liga Arab pun secara formal terjalin. Liga Arab lah yang berkali-kali mengecam serta mendesak Belanda menghentikan agresi militer.

Sejak diketahui sebuah negeri muslim bernama Indonesia memploklamirkan kemerdekaannya, Al-Ikhwan Al-Muslimun (IM), organisasi Islam yang dipimpin Syaikh Hasan Al-Banna, terus menerus memperlihatkan dukungannya. Para pemuda dan pelajar Mesir, juga kepanduan Ikhwan, dengan caranya sendiri berkali-kali mendemo Kedutaan Belanda di Kairo. Tidak hanya dengan slogan dan spanduk, aksi pembakaran, pelemparan batu, dan teriakan-  teriakan permusuhan terhadap Belanda kerap mereka lakukan.  Kondisi ini membuat Kedutaan Belanda di Kairo kewalahan. Mereka dgn tergesa mencopot lambang negaranya dari dinding Kedutaan. Mereka juga menurunkan bendera merah putih biru yang biasa berkibar di puncak gedung, agar tidak mudah dikenali pada demonstran. Kuatnya dukungan rakyat Mesir atas kemerdekaan RI membuat pemerintah Mesir mengakui kedaulatan pemerintah RI atas Indonesia pada 22 Maret 1946. Dengan begitu Mesir tercatat sebagai negara pertama yang mengakui proklamasi kemerdekaan Indonesia. Setelah itu menyusul Syria, Iraq, Lebanon, Yaman, Saudi Arabia dan Afghanistan. Selain negara-negara tersebut, Liga Arab juga berperan penting dalam Pengakuan RI. Secara resmi keputusan sidang Dewan Liga Arab tanggal 18 November 1946  menganjurkan kepada semua negara anggota Liga Arab supaya mengakui Indonesia sebagai negara merdeka yang berdaulat.

  • Sebab-Sebab Mesir Memberi Pengakuan Kemerdekaan RI  

1. Persamaan Agama
2. Banyaknya masyarakat Indonesia yang menuntut ilmu di Mesir,  banyak yang bekerja di Mesir dan Banyak masyarakat Indonesia yang melakukan haji di Arab.

  • Proses Indonesia Mendapatkan Kedaulatan dari Mesir

1) Peranan Mahasiswa-Mahasiswa Indonesia yang belajar di Mesir (Univ. Al-Ahar, Kairo dan Zain Hassan), Irak (Univ. Imron Rosyidi), dan di negara Arab lainnya.
 
Peranan Mahasiswa ditunjukkan dengan menanamkan bibit kemerdekaan melalui media massa yang ada di Arab. Selain itu, Mahasiswa Indonesia yang belajar di Kairo, Mekah dan Baghdad membentuk Panitia Pembela Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada bulan Oktober 1945 PPKI dari Kairo, Mekah dan Baghdad menyelenggarakan Konferensi kerja di Mekah. Salah satu hasil perjuangannya adalah diakuinya Kewarganeraan RI oleh beberapa pemerintahan di Timur Tengah.

Delegasi Indonesia pertama RI (7 April 1946) mengunjungi Mesir adalah Suwandi. Suwandi datang ke Mesir untuk menyampaikan rasa terimakasih Indonesia karena Liga Arab memberi dukungan pada kemerdekaan RI dan akan tetap memberi dukungan sampai RI benar-benar diakui kemerdekaannya .

2) Pembentukan Panitia Pusat sebagai wakil Indonesia di Luar Negeri.
 
Panitia Pusat yang diketuai H. Agus Salim punya peranan penting dalam upaya diplomasi agar kemerdekaan RI bisa diakui. H. Agus Salim gencar mengenalkan Indonesia ke luar negeri, dari Kairo H. Agus Salim meneruskan misinya ke Suriah, Transyordania, Irak, dan Lebanon. Untuk mengenalkan Indonesia ke negara Arab dan Yaman dilanjutkan oleh H. Rasyidi.
 
3) Kunjungan yang dilakukan Sutan Syahrir dan Soekarno ke Mesir.
 
Kunjungan ini merupakan penghargaan dan ucapan terimakasih Indonesia kepada Mesir yang sudah mendorong negara-negara di Arab untuk membantu perjuangan Indonesia dalam mendapatkan kemerdekaan.
 

  • Peran Mesir dalam Mendukung Kemerdekaan RI 

1) Peran dari organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin Syaikh Hasan Al-Banna
 
2) Aksi pemuda Mesir yang berdemo di Kedubes Belanda di Kairo 
 
3) Mengirim delegasi Mesir (Abdul Mun’im) ke Yogyakarta 
 
4) Mesir mendorong agar Liga Arab mengakui kemerdekaan RI (18 Nov 1946) 
 
5) Ditandatanganinya perjanjian persahabatan antara RI (H. Agus Salim) dan  Mesir (Fahmi Nokrasyi Pasha) pada tanggal 10 Juni 1947.
 
6) Menteri LN Mesir dibawah kabinet Ahmad Kasyabah Pasha mengirim nota resmi ke Belanda yang berisi permintaan dari Mesir  agar Belanda bersedia menghentikan aksinya di Indonesia 
 
7) Aksi pemboikotan oleh para buruh di pelabuhan Port Said dan Terusan Suez terhadap kapal-kapal Belanda 
 
8) Rapat Umum oleh organisasi dan parpol di Mesir tanggal 30 Juni 1947. 
 
Pada rapat umum tersebut juga dihadiri Presiden Habib Burguiba dari Tunisia, dan pemipin Maroko Allal Al- Fassi. Resolusi yang dihasilkan dalam rapat tersebut adalah:
1. Pemboikotan barang-barang buatan Belanda, diseluruh Negara Negara Arab,
 
2. Pemutusan hubungan diplomatik antara negara-negara Arab dan Belanda.
 
3. Penutupan pelabuhan dan lapangan terbang di wilayah Arab terhadap  kapal dan pesawat Belanda
 
4.Pembentukan perangkatan kesehatan untuk menolong korban Agresi Belanda.

Dengan  demikian Mesir adalah  negara  yang    pertama  mengakui kemerdekaan Indonesia. Lebih penting lagi, Mesir ikut menggalang dukungan dari Liga Arab agar menerima kedaulatan Indonesia di mata hukum internasional. Dari sisi kronologi, Mesir secara de facto mengakui kemerdekaan Indonesia pada 22 Maret 1946. Dukungan  ini muncul setelah lobi diplomat RI di Ibu Kota Kairo beberapa bulan setelah Soekarno mengkonsolidasikan kabinet. Tak sekadar mengakui, Mesir pula yang meyakinkan Suriah, Irak, Qatar, serta Kerajaan Arab Saudi untuk mendukung kemerdekaan Indonesia. Pada 10 Juni 1947, Mesir mengakui kedaulatan negara RI secara de jure, dengan menunjuk H.M Rasjidi sebagai kuasa usaha RI, serta membuka Kedutaan Besar di Kairo. Hubungan republik dengan Liga Arab pun secara formal terjalin. Liga Arab lah yang  berkali-kali mengecam serta mendesak Belanda menghentikan agresi militer.

2 komentar: