IKLAN 1

Selasa, 15 September 2020

Sejarah Peminatan Kelas XI IIS Materi 5: Kerajaan Maritim Hindu Budha di Indonesia (Kerajaan Mataram Kuno)

Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan pusatnya yang disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gunung-gunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu. Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowoto, Sungai Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo.

Kerajaan Mataram Kuno atau juga yang sering disebut kerajaan Medang merupakan kerajaan yang bercorak agraris. Tercatat terdapat 2 wangsa (dinasti) yang pernah menguasai Kerajaan Mataram Kuno yaitu Wangsa Sanjaya, Wangsa Ssyailendra dan Wangsa Isana. Wangsa sanjaya merupakan pemuluk Agama Hindu beraliran syiwa sedangkan Wangsa Syailendra merupakan pengikut agama Budha, Wangsa Isana Sendiri merupakan wangsa baru yang didirikan oleh mpu Sindok.

Raja Pertama kerajaan Mataram Kuno adalah Sanjaya yang juga merupakan pendiri wangsa Sanjaya yang menganut agama Hindu. Setelah wafat, Sanjaya digantikan oleh Rakai Pangkaran yang kemudian berpindah agama Budha beraliran Mahayana. Saat itulah Wangsa Sayilendra berkuasa. Pada saat itu agama Hindu dan Budha berkembang bersama di Kerajaan Mataram Kuno.

Wangsa Sanjaya kembali memegang tampuk pemerintahan setelah Pramowardhani (anak Raja Samaratungga) menikah dengan Rakai Pikatan yang menganut agama Hindu. Kemudian Rakai Pikatan menjadi Raja dan memulai kembali wangsa sanjaya. Rakai Pikatan berhasil menyingkirkan Balaputradewa (saudara Pramowardhani) yang berwangsa Sailendra. Balaputradewa kemudian mengungsi ke kerajaan Sriwijaya.

Wangsa Sanjaya berakhir pada masa Rakai Sumba Dyah Wawa. Kemudia Mpu Sindok tampil menggantikan Rakai Sumba Dyah Wawa sebagai raja dan memindahkan pusat Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur dan membangun wangsa baru bernama Wangsa Isana.

Silsilah Raja-Raje Kerajaan Mataram Kuno (Kerajaan Medang)
  1. Sanjaya
  2. Rakai Pangkaran
  3. Rakai Panunggalan atau Dharanindra
  4. Rakai Warak atau Samaragrawira
  5. Rakai Garung atau Samaratungga
  6. Rakai Pikatan suami Pramowardhani
  7. Rakai Kayuwangi
  8. Rakai Watuhumalang
  9. Rakai Watukura Dyah Balitung
  10. Mpu Daksa
  11. Rakai Layang Dyah Tulodong
  12. Rakai Sumba Dyah Wawa
  13. Mpu Sindok
  14. Sri Lokapala
  15. Makuthawangsawardhana
  16. Dharmawangsa Teguh

Sumber-sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno
1. Prasasti Canggal
Ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732 M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahsa Sansekerta yang isinya menceritakan tentang pendirian Lingga (Lambang Syiwa) di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya. Disamping itu juga menceritakan tentang raja sebelumnya yaitu Sanna yang digantikan oleh sanjaya anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).

2. Prasasti Kalasan
Ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778 M, ditulis dalam huruf Pranagari (India Utara) dan bahasa sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permuntaan keluarga Syaelendra. Raja Pangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).

3. Prasasti Mantyasih
Ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Teang berangka 907 M yang menggunakan bahasa jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raha Mataram yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung.

4. Prasasti Klurak
Ditemukan di desa Prambanan berangka 782 M ditulis dalam huruf Pranagari dan bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acra Manjusri oleh raja Indra yang bergelar Sri Sanggramadananjaya.

Peninggalan Sejarah Kerajaan Mataram Kuno (Medang)
A. Candi-Candi
  1. Candi Kalasan
  2. Candi Plaosan
  3. Candi Prambanan
  4. Candi Sewu 
  5. Candi Mendut
  6. Candi Pawon
  7. Candi Sambisari
  8. Candi Sari
  9. Candi Kedulan
  10. Candi Morangan
  11. Candi Ijo
  12. Candi Barong
  13. Candi Sojiwan
  14. Candi Borobudur
B. Prasasti-prasasti
  1. Prasasti Canggal
  2. Prasasti Kelurak
  3. Prasasti Mantyasih
  4. Prasasti Sojomerto
  5. Prasasti Tri Tepusan
  6. Prasasti Wanua Tengah III
  7. Prasasti Rukam
  8. Prasasti Plumpungan
  9. Prasasti Siwargrha
  10. Prasasti Gondosuli
  11. Prasasti Kayumwungan/Karang Tengah
  12. Prasasti Sankhara
  13. Prasasti Ngadoman
  14. Prasasti Kalasan

Masa Kejayaan Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Balitung (898-910 M). Di masa pemerintahannya kekuasaan mataram meliputi Bagelen (Jawa Tangah) sampai Malang (Jawa Timur). Penyebab kejayaan kerajaan Mataram Kuno adalah sebagai berikut:
  1. Naik tahtanya Raja Sanjaya yang sangat ahli dalam peperangan. Raja Sanjaya terkenal arif, adil dalam memerintah, dan memiliki pengetahuan yang luas. Ia juga dikenal sebagai raja yang benar-benar paham kitab suci. 
  2. Pembangunan sebuah waduk Hujung Galuh di Waringin Sapta (Waringin Pitu) guna mengatur aliran sungai Berangas, sehingga kapal dagang dari Benggala, Sri Lanka, Chola, Champa, Burma, dan lain-lain datang ke pelabuhan itu.
  3. Pindahnya kekuasaan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur yang didasari oleh:
  • Adanya Sungai-sungai besar, antara lain sunga Brantas dan Bengawan Solo yang sangat memudahkan bagi lalu lintas perdangan.
  • Adanya dataran rendah yang luas sehingga memungkinkan penamaan padi secara besar-besaran
  • Lokasi Jawa Timur yang berdekatan dengan jalan perdagangan utama waktu itu, yaitu jalur perdagangan rempah-rempah dari Maluku ke Malaka.

Keruntuhan Kerajaan Mataram Kuno
Sesudah pemerintahan Balitung berakhir, Kerajaan Mataram mulai mengalami kemunduran. Raja yang berkuasa setelah Balitung adalah Daksa, Tulodong, dan Wawa. Beberapa faktor yang menyebabkan kemunduran Mataram Kuno antara lain adanya bencana alam dan ancaman dari musuh yaitu Kerajaan Sriwijaya.

Awal mulanya adalah terjadi perpecahan lagi dalam Kerajaan Mataram Kuno tak lama setelah Samaratungga wafat. Anak Samaratungga dengan Dewi Tara yang bernama Balaputradewa menunjukkan sikap menentang terhadap Pikatan (pewaris tahta). Pertentangan itu akhirnya melahirkan perang perebutan kekuasaan antara Pikatan dengan Balaputradewa. Dalam perang tersebut Balaputradewa sempat membuat benteng pertahanan di perbukitan di sebelah selatan Prambanan.

Benteng tersebut sekarang kira kenal dengan Candi Boko. Pada akhirnya Balaputradewa terdesak dan melarikan diri ke Sumatra. Kemudian Balaputradewa kemudian menjadi raja di Kerajaan Sriwijaya.

Pertentangan di antara keluarga Mataram yang terjadi dari Balaputradewa dan Pikatan tampaknya terus berlangsung hingga masa pemerintahan Mpu Sindok pada tahun 929 M. Kerajaan Siwijaya tak henti menyerang Mataram Kuno hingga Mpu Sindok terpaksa memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isyanawangsa.

Pertikaian berhenti pada masa pemerintahan Airlangga yang bahkan sempat membantu Sriwijaya ketika mendapatkan serangan dari Kerajaan Colamandala dari India. Pada tahun 1037 M, Airlangga berhasil mempersatukan kembali daerah-daerah yang pernah dikuasai oleh Dharmawangsa, meliputi seluruh Jawa Timur. Pada tahun 1042, Airlangga mengundurkan diri dari takhta kerajaan, lalu hidup sebagai pertapa dengan nama Resi Gentayu (Djatinindra).

Airlangga memerintahkan Mpu Bharada untuk membagi dua kerajaan Mataram Kuno. Kerajaan itu adalah Kediri dan Janggala. Hal itu dilakukan untuk mencegah terjadinya perang saudara di antara kedua putranya yang lahir dari selir.



Sumber:
Bitar. 2020. Keajaan Matarama Kuno. https://www.gurupendidikan.co.id/kerajaan-mataram-kuno/. diakses pada tanggal 27 Agustus 2020.
Thabroni, Gamal. 2020. Kerajaan Mataram Kuno: Sejarah, Peninggalan, dsb (lengkap). https://serupa.id/kerajaan-mataram-kuno-sejarah-peninggalan-dsb-lengkap/. diakses pada tanggal 15 September 2020.

 Daftar Hadir Kelas XII IIS Klik Disini


0 komentar:

Posting Komentar